POV QAMIRA
Jarum jam di dinding kamarku menunjukkan pukul 16.20 Wib. Seusai
mendirikan sholat Ashar, aku masih berguling guling malas di atas ranjang
sampai sayup sayup kudengar bunyi derit pintu dari lantai bawah sebagai
pertanda Mama dan Papa atau salah satunya sudah pulang.
Sesuai tradisi di daerahku, jika ada salah satu kerabat atau
tetangga mengadakan syukuran baik kecil maupun besar, kerabat dan sanak keluarga
yang lain pasti tumpah ruah ke rumah si empunya hajatan untuk sekedar bantu
bantu ataupun meramaikan suasana. Maka tak heran, sejak kabar kepulangan kak
Zain tersebar, Tante Nisa segera mengundang para tetangga dan kerabat dekat
pada acara syukuran kecil kecilannya, persis seperti 2 tahun yang lalu. Dan
disanalah—di rumah tante Nisa, Mama dan Papa selama beberapa jam yang lalu
terdampar dan lupa pulang walaupun hanya untuk sekedar menengok kabar putri
kesayangannya ini.