saat liburan berahir

saat liburan berahir

Pagi ini, jam biologisku kembali  membangunkan tidur lelapku. Suasana rumah masih begitu hening dan  sepi, ku buka mata perlahan untuk mencerna suasana sekitar dan kulirik jam dinding  di kamarku , tepat pukul empat pagi ternyata tanpa alarampun aku bisa bangun setiap hari tepat jam segini.  perlahan ku bangun dan berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu, kurasakan air dingin mengalir ke tubuhku, segar tapi begitu dingin menusuk. Setelah itu aku larut dalam sunnah malam dan doa-doa panjang yang ku panjatkan.  Di sela-sela menunggu adzan subuh berkumandang, ku lafalkan ayat-ayat suci alquran. Sehabis menunaikan sholat subuh,  sesuai kebiasaan ku, aku kembali ke tempat tidur, kurebahkan tubuh ini, sebelum kantuk mulai  menyerang aku teringat  hari apa ini,  “aah ternyata hari ini hari terakhir liburanku dirumah” pekikku dalam hati, itu berarti besok aku sudah harus pulang ke Kosanku di Indralaya, dan tentunya kembal ke rutinaitasku sebagai mahasiswa.       
            Tak lama setelah aku benar-benar  tertidur, ku dengar sayup-sayup suara ibu memanggilku  dari dapur.. “ din, bangun.. ini sudah jam berapa?”, “ huaooaaam -huaoaam” aku masih belum menyahut, ku dengar kembali suara ibu yang masih belum jera memanggil  nama putrinya, kali ini dengan suara yang lebih nyaring, seketika itu pula aku menjawab, “bu, besok kan dinda sudah harus pulang ke indralaya, tolonglah izinkan dinda bangun sedikit lebih telat kali ini… ” sahutku malas-malasan.. setelah itu tak terdengar lagi suara ibu, itu berarti ibu sudah mengizikan aku  bangun telat kali ini, batinku. sambil melanjutkan tidur dan menarik selimut erat ke tubuhku..  tak selang beberapa lama, kurasakan ada yang menepuk pundakku, “ justru karena kamu pulang besok din,  kamu mesti siap-siap, hari ini ikut ibu kepasar ya?” Tanya ibu, sambil menarik selimutku.. sepertinya aku sudah kalah kali, perlahan aku bangun dan duduk di tempat tidur,  sembari mengumpulkan kesadaranku, aku mulai menjawab, “ yahhh ibu, justru karena besok dinda mau pulang, jadi hari ini mesti menikmati saat saat ternikmat ditempat tidur dan kamar kesayangan dong  bu.. “ jawabku tak mau kalah, “ lagipula masa’ jam segini sudah harus siap-siap kepasar? Ini masih pagi bu.. “ protesku berlanjut.. ku lihat ibu berdiri bersiap-siap meninggalkan kamar, “ kamu ini  anak gadis, gak bagus lah bangun kesiangan, biasakan itu!, lagipula yang namanya belanja ke pasar, yah harus pagi pagi din, biar sayur-sayurya gak keburu layu, dan lauk-lauk yang segar gak diambil orang…” seloroh ibu sambil meninggalkan kamar ku, belum sempat ku menjawab, ibu sudah kembali dengan membawa handukku, “ ayo mandi dinda..” perintah ibu.. dengan gontai ku langkahkan kaki menuju kearah kamar mandi, aku sudah tak sanggup berdebat dengan ibu, aku mengaku kalah, semua alasan  yang ibu kemukakan ada benarnya, pikirku dalam hati..
            “Tuhkan ibu uda tau, walaupun kamu mandinya uda dari tadi, tapi lama amat kamu siap-siapnya din,..”  tegur ibu..  aku tahu ibu benar, aku memang lama sekali kalau bersiap-siap untuk pergi, kemanapun itu.. “oh ya, motor sudah bapak panasin, jadi kita tinggal beragakat aja..” seru ibu.. aku hanya mengangguk dan segera menuju motor.
            Di pasar, ibu terus saja bertanya, apa yang ingin aku bawa ke Indralaya, aku hanya bilang tidak usah saja bu, ntar ngerepotin. Tapi lagi lagi ibu bertanya, dan aku menjawab sekenanya, kayakany enak kalau bawa pempek kekosan jadi kita bikin pempek aja bu.. usul ku, yang segera disetujui ibu, terus kamu mau bawa apa lagi din, kembali ibu bertanya dan aku akhirnya menjawab terserah ibu, soalnya aku bingung mau bawa apa aja, terus ibu mengusulkan, bawa bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe dan lain lain, untuk persediaan bumbu  did apur, dan aku hanya mengangguk menyetujui.. ibu dengan semangat kembali berburu sayur-sayur yang dirasa ibu cukup tahan lama untuk aku bawa, seperti kentang, tebu telok, tomat dan lain lain.. sepertinya ibu menikmati sekali berberlanja untuk kepulangan anakanya ini, batinku dalam hati.  kulihat ibu bersemangat sekali menawar  belanjaanya walaupun hanya selisih lima ratus rupiah. ..  “ nah, kalau uda banyak kayak gini ibu yakin kamu akan masak dikosan dan gak  akan beli makan sembarangan..” seru ibu antusias..  rupanya begitu jalan pikiran ibu, pikirku..
            Setibanya dirumah, belum begitu siang  tapi badanku cukup letih karena mondar mandir dipasar tradisoanal yang penuh sesak dan becek. Kulihat ibu mulai membongakar-bongkar belanjannya, aku malah duduk menyalakan televisi  sambil menonton drama korea favoritku.. kulihat ibu, keluar masuk kamarku, “din, ini sudah  pernah dipakai kan?” Tanya ibu sambil menunjuk gamis warna merahku, “ iya bu, memang kenapa..?” trus ibu menjawab mau dicucilah kan besok mau kamu bawa ke indralaya.. “segera ku jawab, bisa dinda aja yang nyuciin bu, tapi ntar ya..” tapi ibu berlalu begitu saja, tanpa aku duga, saat ku sudah selesai menonton, kulangkahkan kaki kedapur, semuanay sudah beres ternyata, gamis merahku sudah dicuci dan tinggal dijemur saja. Tiba-tiba rasa bersalah menghampiriku.. ku lihat ibu, sedang asyik memetik sayur sambil sesekali mengaduk masakannya di didalam wajan.. saat ibu menyadari  keberadaanku, ibu bertanya, “ din kamu mau bawa sambel apa besok? “ mau sambel cenge, sambel tempe atau sambel kresek..” Tanya ibu membuyarkan lamunanku.. dan lagi-lagi aku menjawab terserah.. jawaban itu bukan berarti aku cuek dengan ibu tapi aku menyuruh ibu memilih untuk membuat yang paling mudah dibuat, atau tidak usah sama sekali juga tidak apa-apa, aku tidak ingin merepotkan ibu..
            Malam hari sebelum tidur, ketika aku pergi kedapur kulihat ibu sedang memansakan cuka dan pempek yang akan dibawa besok.. ketika ibu melihatku, ibu bertanya, sudah masukkin pakaian-pakaianmu dalam tas din? Tanya ibu, “sudah semua bu”, jawabku sekenanya, “ooh, jangan sampai ada yang tertinggal ya..”
            Esok harinya selesai sholat aku kembali tidur, dan benar saja kali ini ibu membiarkanku bangun telat, di tengah tidur lelapku  bau nasi goreng ibu tiba-tiba  membangunkan ku dan menyadarkanku pada realitas saat ini, “hari ini aku pulang, liburanku sudah berakhir ”.. pekikku lirih dalam hati.. ku langkahkan kaki ke dapur. Ku lihat bapak sedang mengikat sebuah kardus yang aku tahu bekal kepulanganku hari ini. Saat aku tengah sibuk memperhatikan bapak,  Ibu menyapaku dari seberang meja makan, “cuci muka sana din, terus sarapan, travelnya jam 8 pagi ini kan? Aku tersadar dari lamunan, segera ku lakukan apa yang diperintahan ibu, saat semua sudah selesai ada perasaan aneh yang aku rasakan, aku merasa sepi, aku merasa ditinggal sendiri, aku merasa….. entahlah, yang pasti aku akan merindukan suasana rumahku, kamar dan tempat tidurku, juga suara kecerewetan ibu menasihatiku secara langsung..  tanpa ku sadari travel yang sudah ku pesan sudah tiba di depan rumah, segera bapak mengangkat kardus dan tas ransel ku kedalam bagasi  mobil, dari belakang, ibu memelukku sambil berkata, “baik-baik disana ya nak, jaga kesehatan. didalam kardus ada bekal makan siang, obat maag, obat sakit perut, oh ya, pempeknya jangan lupa dikukus lagi ya..” aku tak menjawab dengan suara, tiba-tiba bulir air menetes dari ujung mataku, segera ku ciumi tangan kedua orang tuaku, dan  melambaikan tangan sambil berkata.. “bapak, ibu, doakan dinda sukses yaa..”