Setelah tak Bersama Chapter 5

Setelah tak Bersama Chapter 5


malam semakin larut. Lyra tak beranjak bangun dari meja kerjanya. Ia tertidur dengan kenangan manis dirinya bersama Ferdi 5 tahun yang lalu. Kenangan indah itu lagi lagi hadir dalam mimpi malam Lyra. Setiap detail kenangan itu masih jelas terbayang sampai selalu hadir dalam mimpi Lyra.

****

Sore itu begitu cerah. Di rumah kediaman orang tua Lyra terlihat kesibukan beberapa orang.  Kesibukan yang pasti dilakukan semua orang saat sesuatu yang sakral akan terjadi. Beberapa jam dari sekarang, akan dilaksanakan Akad nikah Lyra dan Ferdi.

Yah, Lyra dan Ferdi akan menikah. Mereka benar benar bahagia- tentu saja. Apalagi kedua orang tua Ferdi dan Lyra amat merestui hubungan putra putri mereka. Lyra dan Ferdi sama sekali tak kesulitan mendapat restu kedua orang tua mereka. Bagaiman tidak. Dalam keluarga Ferdi, menikah muda sepertinya sudah menjadi tradisi. Ferdi anak ketiga dari 4 bersaudara. Kedua kakaknya sudah menikah bahkan di awal awal masa kuliah mereka. Tak terkecuali adik Ferdi yang bernama Dimas, Ia juga  sudah mengambil keputusan penting itu bahkan pada saat ia masih duduk di semester 2 kuliahnya. Sepertinya ia juga terinspirasi kebahagian pernikahan kakak tertuanya itu.  Tinggallah Ferdi yang masih sendiri. Sebenarnya bila mau dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, keputusan Ferdi untuk menikahi Lyra sedikit terlambat. Karena saat ini Ia sudah masuk ke semester 7. walaupun Lyra sendiri saat itu masih semester 3. 

Beruntungnya Ferdi, ia Juga tak kesulitan meyakinkan Lyra bahwa keputusan mereka untuk segera menikah adalah hal yang benar. Memang mulanya Lyra ragu akan hal itu. Namun seiring waktu kebersamaan mereka, Lyra menjadi yakin. Apalagi setelah Lamaran romantis Ferdi kepada dirinya. Ditambah pula restu kedua orang tua Lyra. Orang Tua Lyra memang sudah menyampaikan restu mereka bahkan,  sebelum Ferdi akhirnya melamar Lyra.

Lyra adalah Putri bungsu dari dua bersaudara. Kakak laki-lakinya yang berjarak 5 tahun lebih tua darinya, juga sudah menikah. Ayah Lyra memang sudah mulai sakit sakitan, menyadari akan hal itu, lyra tak ingin mengecewakan ayahnya. Pernah suatu ketika Ayah Lyra berbicara empat mata dengannya.

“Lyra.. ayah punya permintaan untukmu..” ucap ayah Lyra lirih dan akhirnya melanjutkan “kamu adalah putri Ayah satu satunya, izinkan ayah mu ini menjadi wali nikahmu nak..” ayah tahu Ferdi serius kepadamu, ia juga pemuda yang baik..” ucap ayahnya kepada Lyra..

Lyra hanya bisa mengangguk kepada ayahnya itu. Sempat Ia berpikir bahwa permintaan ayahnya itu terlalu berlebihan. Lyra merasa masih muda dan tidak mau buru buru menikah. Namun ada kenyataan yang akhirnya Lyra sadari bahwa dia adalah Putri satu satunya yang berarti ayahnya sungguh sungguh ingin menjadi wali nikah anak kandungnya itu. Dan Lyra tahu betul keadaan ayahnya saat itu, Ia takut itu adalah permintaan terakhir ayahnya.

Tapi jangan salah, Lyra menerima Ferdi bukan semata-mata karena permintaan ayahnya itu, melainkan Ia memang sudah yakin untuk melabuhkan cintanya pada seseorang yang memang juga mencintainya.

***
Akad nikah Lyra dan Ferdi dilaksanakan dengan begitu sederhana dan tertutup namun nuansa keskralannya begitu terasa. Akhirnya Ayah Lyra sendiri yang menjadi wali nikah putri satu satunya itu. Terlihat kebahagiaan yang tak ternilai dari wajah ayah Lyra dan semua keluarga, kerabat dan bebrapa teman akrab Lyra dan ferdi yang hadir pada akad nikah itu terutama saat Ferdi berhasil melafakan akad nikahnya hanya dengan sekali hebusan nafas. Hingga akhirnya saksi menyatakan sah, barulah Lyra mencium tangan lelaki yang akhirnya menjadi suaminya kini. Ferdipun membalasnya dengan mencium kening Lyra untuk pertama kalinya.

Lyra dan Ferdi akhirnya benar banar menikah. Tapi mereka dengan bijak dan halus menolak resepsi yang hendak dilaksanakan oleh kedua orang tua mereka. Terutama orang tua Lyra. Kalau dilihat dari segi kemampuan, keluarga Lyra dan Ferdi lebih dari sekedar keluarga berada. Ayah ferdi sendiri adalah pemilik yayasan dari beberapa sekolah dan kampus swasta ternama serta rumah sakit swasta di kota tersebut. Sedangkan Ayah Lyra adalah mantan Sekretaris daerah tingkat provinsi sebelum akhirnya pensiun. Resepsi seperti apa yang tidak bisa mereka langsungkan, namun karena kegigihan putra putri mereka yang memutuskan untuk merahasiakan pernikahan tersebutlah yang akhirnya membuat kedua orang tua mereka menyerah dan mengikuti keinginan anak tercintanya. walaupun terlihat menerima, namun orang tua mereka bahkan masih mempertanyakan Kepututusan ferdi dan Lyra yang masih hendak merahasiakan sataus mereka itu. Keputusan yang mungkin saja akan membuat mereka menyesal suatu hari nanti. Terlepas dari hal itu, Sebagai balasan atas penolakan tersebut, orang tua Ferdi memberikan Apartemen yang segera mereka tempati setelah menikah.

Hari hari yang mereka lalu setelah menikah tentu saja lebih bahagia dan intim. Mereka berbagi hal hal yang tidak mereka lakukan sebelum mereka menikah.

Di suatu pagi, hanya berselang beberapa hari semenjak pernikahan mereka, Ferdi dibuat kagum pada sosok Lyra- istrinya.

“Inilah asyiknya menikah, benar benar ada yang memperhatiakan” , seru Ferdi dari balik pintu dapur, lalu ia melanjutkan, “kenapa tak dari dulu saja aku menikahimu my sweetheart..”gumam Ferdi suatu hari kepada Lyra. Saat ferdi bangun tidur dan ternyata istri tercintanya  itu sudah memasakkan sarapan special untuknya. Lyra hanya tersenyum dengan pipi yang bersemu merah mendengar pujian suaminya itu.

 Tak bisa dipungkiri bahwa setiap rumah tangga pasti memiliki masalah, Bebrapa kali memang ada pertengkaran kecil diantara mereka, namun justru semakin membuat jalinan cinta mereka semakin kuat.

Berakhirnya kenangan indah dalam mimpi itu membuat lyra kehilangan. Ia akhirnya terbangun dan menyadari suasana sekitarnya. Di pandangnya kertas biru yang masih dipeggangnya kini. bahkan dalam tidur dan mimpinya pun Lyra tak sanggup membaca lagi isi kertas itu.

Kilau sesuatu di jarinya karena pantulan temaram lampu meja belajarnya mengalihkan perhatian lyra pada kertas biru itu,  kini ia menyadari keberadaan sesuatu yang tak kan sanggup dilepaskannya dan selalu dipakainya kemanapun. Yaah, Cincin pernikahan yang masih melingkar indah di jari manisnya  inilah saksi bisu betapa bahagianya dia lima tahun yang lalu. Lyra menitikkan air mata. Air mata kerinduan pada seseorang yang telah memasangkan cincin indah itu ke jarinya.
***
Oke readers, malam ini sekian dulu yaa.. masih penasaran kan kelanjutan kisahnya?. Always stay on here, ok..

#Peluk ciumku untuk Readers yang setia

Oh yah, sebelumnya Authors minta maaf yaa, karena masih merahasiakan isi kertas biru itu.. sengaja sih untuk buat readers pada penasaran.. hahaha :D, silahkan menebak-nebak sendiri isi kertas itu ya readers..
Setelah tak Bersama. Chapter 4

Setelah tak Bersama. Chapter 4


Hari yang begitu melelahkan bagi Lyra. Hari pertama bekerja dan hari pertama kali pula ia bertemu kembali dengan sosok yang dirindukannya selama lima tahun ini, Ferdinand Alpath.

Tepat jam 7 malam Lyra tiba di apartemenya, inilah apartemen yang ia beli dengan keringatnya sendiri. Semasa kuliah Lyra adalah penulis yang aktif di sebuah majalah bisnis dan honor menulisnya inilah yang ia tabung selama lima tahun. Hingga saat ia pulang kembali ke Indonesia,  Lyra langsung membeli apartemen ini walaupun dengan cara mencicil. Untuk saat ini, lyra harus focus untuk melunasi cicilan apartemennya ini, oleh karena itu ia belum berhasrat untuk membeli mobil.
Segera setelah membuka pintu apartemennya yang bernomorkan 122, Lyra segera menuju dapur untuk menuangkan segelas air putih, dengan segera ia meminumnya kemudian bersiap mandi dan istirahat.

Rupannya mata lyra berkehendak lain, ia belum ingin tidur, masih begitu jelas sosok yang dirindukannya, Ferdinand Alpath terbayang kembali diingatannya. Ia teringat kembali saat ferdi menantapnya langsung dari depan podium. “Yaah, dia harusnya tahu bahwa itu aku”, pikir lyra dalam hati. Lyra tak tahu apa yang dirasakannya, rindu yang mengecewakan tentu saja. Mengapa Ferdi tidak menyapanya, mengapa Ia hanya berlalu entah pergi kemana setelah ia melihat Lyra. Rasa sesak tiba tiba menghampiri Lyra. Tanpa sadar ia berjalan menuju meja kerjanya dan megeluarkan sebuah kotak dari dalam laci. Kotak yang berwarna biru, yang sudah berapa lama tidak dibuka nya.
Di bacanya lembar demi lembar tulisan dari dalam  kotak itu.. mau tak mau Lyra teringat kembali moment terindah dalam hidupnya lima tahun yang lalu.

“hari ini tepat satu bulan sejak pertama aku melihat mu, berlari menuju pohon untuk berlindung dari hujan di depan perpustakaan. Hanya kita berdua di bawah pohon itu. Aku lihat kau tersenyum, senyum yang segera menghangatkan hatiku ditengah terpaan angin yang dingin sore itu dan sejak saat itu aku sadar engkaulah duniaku..”
From your secret admirer,
-Ferdinand A-

Lyra membaca bait demi bait kata kata romantis ferdi untuknya yang sengaja di selipkan ferdi di buku yang hendak ia pinjam di perpustakaan.  Entah bagaimana akhirnya ferdi berhasil membuat Lyra menyadari keberadaan dirinya dari surat tersebut.

“ setiap hari aku selalu jatuh cinta lagi dan lagi pada seorang gadis, dan itu adalah kamu, Lyraisha Darmajaya..”
-Ferdinand A-

Kembali Lyra membaca tulisan tangan Ferdi untuknya sebuah ungkapan cinta setiap hari yang Ferdi selipkan di keranjang sepeda Lyra, lengkap dengan setangkai bunga yang ia petik dari taman samping ruang kuliah, entah itu mawar, melati, bunga matahari dan lain lain, apapun jenis bunga yang sedang mekar di taman itu.

“selamat Ulang tahun ke 19, sweetheart.. you’re be Mine and I am yours..”
“Diner di rumah aku aja ya.. ada masakan special aku untukmu..”
-Ferdinand A-

Ini adalah ulang tahun pertama Lyra sejak Ia mengenal Ferdinand, kakak tingkatnya di jurusan dan fakultas yang sama, Bisnis dan Management. Saat itu Lyra masih semester 2 dan Ferdi sudah semester 6. Hari itu, ferdi sengaja tidak masuk kuliah, sejak pagi Ferdi sibuk menyiapkan dinner special yang ia masak sendiri. Dan saat Lyra datang kerumahnya, Ia begitu surprise menyadari Ferdi memasak makanan di hari Ulang tahun nya. Walaupun dari segi rasa, masakan Ferdi Jauh dari sempurna namun kebersamaan mereka malam itu dan kesungguhan Ferdi untuk memasak di dapur lah yang membuat Lyra tersentuh. Untuk ukuran orang yang sangat benci dan alergi berada di dapur, Ferdi telah membuatnya tersentuh dengan segala kesungguhan hatinya untuk melawan rasa bencinya itu. 

Berbeda sekali dengan Lyra yang amat gemar memasak. Lyra semakin larut akan suasana indah lima tahun yang lalu, suasana kebersamaan dengan sang kekasih. Suasana indah saat mereka baru saling mengenal, saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah.
Membicarakan soal menikah, tak banyak orang berpikiran sama dengan Lyra dan Ferdi. Mereka menikah benar benar d iusia muda. Saat mahasiswa masih sibuk dengan urusan kampus dan organisasinya, Lyra dan ferdi justru mengambil langkah tegas dengan segera menikah setelah yakin rasa cinta yang dirasakan keduanya begitu indah.  Tapi, pernikahan itu bukanlah karena si wanita tengah hamil, namun karena mereka benar-benar saling mencintai. Jadi tunggu apa lagi? Bukankah niat yang baik harus dilaksanakan segera?

Saat itu tepat di hari ulang tahun Lyra yang ke 20 tahun, 12 Februari 2010, Ferdi melamarnya. Lamaran indah yang begitu sederhana.

Sore itu, Ferdi sengaja mengajak Lyra ke sebuah taman yang terletak di belakang kampusnya. Sengaja ferdi mengajak Lyra ke taman belakang yang relative lebih sepi dan terawat dibanding taman depan kampus yang terlalu banyak di kunjungi mahasiswa. Di taman itu, ada sebuah danau buatan yang indah, di tengahnya terdapat tugu air mancur yang begitu kokohnya. Danau itu di kelilingi oleh rumput rumput yang terawat. Saat tiba di taman itu ferdi mengajak Lyra duduk di depan danau mengamati riak gelombang air danau karena terpaan angin, tak berapa lama, ferdi berbaring di rumput itu, melihat itu Lyra langsung mengikuti Ferdi. Sejenak mereka terdiam, menarik nafas dengan begitu dalamya merasakan suasana indah saat matahari hendak terbenam. 

“pejamkan matamu..” pinta ferdi kepada Lyra
Setelah melihat lyra memejamkan matanya, seketika itu ferdi menjentikkan jari sebelah kirinya, dan saat itulah ferdi bergumam..

“buka mata sweetheart, dan lihatlah ada apa di langit..”  pinta ferdi kepada Lyra..

Seketika lyra membuka matanya dan menyaksikan segeromnolan balon warna warni yang menerbagkan kertas besar yang bertuliskan WILL YOU MARRY ME, Lyra..”?

Seketika itupula pipi Lyra bersemu merah, diliriknya sosok yang ada di sampingnya, saat itu Ferdi mengeluarkan sebuah kotak yang dilapisi bulu beludru yang indah, Dikeluarkannya cincin Indah itu sambil berkata..

“Hari-hariku biasa-biasa saja, sampai pada saat aku bertemu denganmu..
Kau sepenuhnya mengalihkan duniaku, mengubah hal biasa menjadi luar biasa
Menjadikan langkahku indah dalam setiap harinya,  kaulah akhirku..
Bersediakah kau menjadi istri dan ibu dari anak-anaku..?” Ucap Ferdi dengan lembut menunggu jawaban Lyra..

Di balik kelembutan itu ada rasa cemas di hati Ferdi. Diliriknya sosok di sampingnya itu, terlihat Lyra sedang terlihat Berpikir keras untuk menjawab lamaran Ferdi padanya. Dan sungguh itu membuat jantung ferdi berdetang mungkin beribu kali lebih cepat dari biasanya.. dan iy=tu memang sengaja Lyra lakukan, untuk membuat Ferdi harap-harap cemas.

Keheningan menyelimuti mereka.. saat suara Lyra memecah keheningan itu, ditatapnya sosok lelaki di hadapannya, sambil berkata, “ akuu.., akuu tidaak..” suara lyra terputus, membuat Ferdi bertambah yakin bahwa Lyra akan menolak Lamaran darinya.. muka Ferdi pucaat.

“akuu, tidaakk perlu berpikir panjang untuk menerimamu, Ferdi..” lyra diam sesaat, “ selama 6 bulan kebersamaan ini aku tahu jawabanku melebihi dari sekedar kata ya..”

Ferdi benar benar terkejut, hingga Ia melupakan untuk memasang cincin yang telah ia siapakan tadi..

“kau tak kan memasangkan cincin itu untukku?” tanya Lyra untuk menyadarkan Ferdi dari keterkejutannya, lalu melanjutkan, “apa aku harus memasangnya sendiri?” Goda Lyra kepada Ferdi..

Saat Ferdi tersadar dengan godaan Lyra kepadanya, ia tersenyum lembut pada Lyra, lalu bergegas memasangkan cincin di jari manis kekasihnya itu, sambil berkata, “Ingatlah hari ini, saat aku memasangkan cincin ini di jari manismu, dan hanya aku satu satunya yang pernah..” gumam Ferdi dengan lembut..

Begitulah, salah satu hari paling indah dalam hidup Lyra, sebelum akhirnya Ia tersadar dan kembali dari kenangan terindah lima tahun yang lalu. Kemudiaan diliriknya kertas berwarna biru yang ada di gengaman tangannya, kertas terakhir dalam kotak itu yang belum dibacanya, kertas yang membuatnya hampir selalu menangis di setiap malamnya saat Ia membacanya kembali. Lyra benar benar merindukan sosok itu, Ferdinand Alpath. Sampai ia tak sadar telah tertidur di meja kerjanya.

****

Oke guys, tunggu kelanjutannya yaa.., btw, apa sih tulisan yang ada di kertas biru itu hingga membuat Lyra menangis setiap ia membacanya.? Wait next chapter.. #Peluk Cium ku untuk para Readers

Selanjutnya : Setelah tak Bersama Chapter 5
Setelah tak Bersama Chapter 3

Setelah tak Bersama Chapter 3


Hari sudah mulai gelap, matahari sudah mulai menyembunyikan sinar terang nya. Semua pegawai Gerfond Company bergegas pulang ke peristirahatannya masing masing. Lyra berpisah dengan ke empat teman Se timnya, ternyata arah rumah mereka tak ada yang sama. 

“untung kantor Gerfond Company dekat dengan stasiun kereta..” pikir Lyra dalam hati

Hanya perlu berjalan kaki 5 menit lyra sampai di stasiun kereta api terdekat. Dan lyra haya perlu menunggu 10 menit  untuk jadwal keberangkatan keretanya. Setelah berada dalam kereta, lyra segera mencari tempat duduk starategis untuk membaca, yakni dipojok. Dilirinya pojok sebelah kanan, ternyata ada tempat yang kosong. Segera setelah itu Lyra larut dalam novel yang dibacanya itu.   Tanpa disadarinya, ada pria yang menyapanya..

“hai..” sapa Vino dengan ramah,

“Naik kereta jadwal ini pula?” tanya Vino kembali.

“Vino..?” seru lyra tak menghiraukan pertannyaan Vino barusan..

“Tujuanmu ke mana?..” tanya lyra ramah

“Eehh, ooh.. di perumahan green Mansion..” jawab Vino gugup tak disangkanya lyra langsung menanyakan tujuan

“Hah, searah dong. Berarti kita berhenti di stasiun yang sama..” seru Lyra
 
“Sebenarnya itu rumah tante”, jawab Vino bohong.

“ Ooh.. sebenarnya rumahku juga dikawasan itu, aku tinggal di apartement masih dikawaan green mansion..” aku Lyra panjang..

Sebenarnya Vino tahu betul apartement yang Lyra maksud. Karena tak jauh dari apartemen Lyra, hanya jarak beberapa block dan tentu masih dikawasan yang sama ada rumah Vino. Rumah mewah yang diakuinya rumah tantenya. Vino tak mau kalau Lyra yang telah membuatnya begitu tertarik sejak saat pertama membaca dan melihat data pribadinya dari dokumen yang lyra jatuhkan di ruang konferensi tadi pagi, akan menjahuinya, jika tahu siapa sebenarnya Vino.

Bukan tanpa Alasan Vino berangkat kerja naik angkutan umum, mobil mewah mercedes yang ia punyai sedang dalam perbaikan. Walaupun sebenarnya Vino mendapat fasilitas mobil dan jasa supir pribadi dari perusahaanya. Tetap saja ia lebih memilih naik angkutan umum. Kadangkala ia memang menyukai menjadi orang biasa tanpa harus memandang jabatan dan siapa dia sebenarnya. Tak jarang dalam satu bulan Vino akan naik angkutan umum setidaknya 3 kali.  Vino menikmati itu, apalagi setelah ia bertemu dengan wanita yang begitu membuatnya tertarik. 

Dalam sisa perjalanan itu, banyak hal yang lyra dan Vino bincangkan. Vino tahu hobby dan kegemaran Lyra setelah ia membaca profil lengkap wanita itu dari dokumen personalnya. Maka dari itu ia sengaja memulai obrolan mengenai hobby Lyra tersebut. Lyra terlihat antusias bercerita mengenai hobby nya membaca novel tersebut. Lyra pikir Vino juga mempunyai ketertarikan yang sama dengannya. Mereka berjanji akan ke toko buku bersama untuk membeli beberapa novel terbaru.

***
Selanjutnya : Setelah Tak Bersama Chapter  4
Setelah tak Bersama Chapter 2

Setelah tak Bersama Chapter 2


 Inilah saat pertama Lyra memasuki ruang kerjanya, di ruang tersebut ada lima meja kerja yang saling berhadapan pada kedua sisinya.  Di dalam ruang ini pula ada sebuah pintu yang bertuliskan manajer bisnis dan marketing, -Bayu Nugroho-“. Di samping pintu itulah meja kerja Lyra, yang diatas mejanya sudah ada papan nama yang bertuliskan “ Lyra Darmajaya—Asisten Manajer bisnis dan marketing” meja itu masih kosong. Hanya ada tempat map dan seperangkat Komputer yang Lyra tahu keluaran terbaru dan belum pernah digunakan. Di belakang mejanya ada sebuah jendela dengan tirai yang terbuka dan tertutup hanya dengan menarik tali di sampingnya. Segera Lyra menuju Mejanya, dan duduk. Ia memandang ke arah jendela, dilihatnya pemandangan ibu kota dengan segala kesibukannya. Dari lantai 24 ini, ia begitu mudah mengamati keadaan diluar sana. Rupanya ia mulai menyadari kekosongan ruangan ini, Lyra meengamati meja kerja rekan rekannya yang antara lain Melani, Prisil, Rio dan Reymond semuanya bertulikan "Staff" tapi mereka semua tidak ada.

 “Kemanakah mereka?” Tanya Lyra bingung

Dari balik pintu ruang pak Bayu, Lyra mendengar suara yang segera ia sadari itu adalah suara rekan rekannya. Lyra segera berjalan menuju pintu, dengan gugup diketukya pintu itu. Benar saja, semua rekannya ada disana dan pak bayu ternyata sedang memberikan pengarahan singkat kepada mereka.  Saat Lyra membuka pintu Semua mata diruangan itu tertuju padanya, dengan segera lyra menyela

“ permisi, maaf pak tadi saya dari toilet..” seru Lyra berbohong. Dan segera setelah itu semua fokus kembali dengan arahan yang disampaikan pak bayu. 

Dari Arahan yang disampaikan pak bayu, Lyra tahu bahwa mereka tim yang baru dibentuk. Sebenarnya departemen bisnis dan marketing perusahaan Gerfond Company  sudah ada dan tengah mengerjakan proyek besar yang lain, namun  karena ada proyek baru dan Gerfond Company memerlukan ide-ide cemerlang dari para fresh graduate, dibentuklah tim bisnis dan marketing yang baru. Yang dijuluki tim junior karena semua stafnya adalah fresh graduate. 


Hari pertama bekerja ternyata di luar prediksi Lyra. Ia benar benar sibuk merencanakan strategi marketing produk tapi untuk mematangkan strateginya, Lyra dan Timnya akan meninjau langsung produksi dan desain kemasannya yang akan dilakukan besok pagi. 

Akhirnya waktu makan siang sudah tiba, Lyra dan teman se Timnya berjalan menuju kantin perusahaan yang berada di lantai 20. Sesampainya disana Lyra dan teman temannya memilih tempat duduk di pojok yang paling dekat dengan tempat dimana makan siang berada. Suasana kantin begitu ramai. Sepertinya semua pegawai makan dijam yang sama. Terlihat adanya antrean di tempat makanan. Konsep kantin ini tentu saja mengambil sendiri makanan yang diinginkan dimeja panjang yang telah disedikan. 

Di samping meja itu, ada kasir yang akan menghitung makanan apapun yang diambil. Sebenarnya Lyra tidak biasa membeli makanan yang ada di kantin kantin. Ia menyiapkan dan membawa bekal sendiri. Kebiasaanya itu sudah ada sejak ia menjadi mahasiswi, terutama sejak ia hampir saja terserang penyakit infeksi yang banyak menjangkiti mahasiswa yang sering makan sembarangan dengan pola hidup yang tidak sehat. Sejak saat itulah ia memasak dan membawa bekal makan siangnya dikampus. Tetapi lain untuk hari ini, Lyra sengaja tidak menyiapkan bekalnya karena terlalu bersemangat pergi ke tempat kerja di hari pertamanya. Tapi lidah dan selera makannya tetap setia pada masakannya sendiri yang selain dijamin kebersihan dan kehalalannya juga rasanya yang selalu tak pernah tidak disukainnya. Ia juga bingung kenapa Ia tidak pernah bosan dengan masaknnya sendiri. Setelah mencicipi makanan dikantin ini, Lyra bergumam dalam hati, berarti besok dia akan membawa bekal makan siang. Lyra tidak merasa menyukai makanan dikantin perusahaan ini.
Ditengah makan siang, melani membuka percakapan.

 “ aku gak nyangka banget kalau pak ferdi itu so cool, keliatan banget dia itu jenius, elo gak ada apa-apanya deh rey..”  sindir melani yang langsung ditanggapi serius oleh reymon..

” hah? Tapi gak apa apa deh, yang penting gue jauh lebih muda dari dia..” balas reymond. 

“Emang umur pak ferdi itu berapa” Tanya Prisil dengan begitu bersemangat.

“ yang jelas diatas tiga puluh tahun..” jawab rio dengan analisa yang sok tau nya..

Lyra yang sedari tadi menyimak obrolan teman temannya langsung nyeletuk tanpa  ia sendiri sadari, “ dia hanya 2 tahun lebih tua dari kita..”

“HAH!” seru keempat temannya. 

Begitulah akhir obrolan mereka. Satu kenyataan yang baru ke empat teman Lyra sadari bahwa pak Ferdi baru 28 Tahun dan sudah menjadi direktur eksekutif perusahaan sekelas Gerfond Company. young on top. Hello bung, ini jamannya anak muda yang memimpin.

Setelah tak bersama Chapter 1

Setelah tak bersama Chapter 1


Bangun pagi ini, lyra begitu semangat. Ini hari pertama ia bekerja di perusahaan yang memang menjadi impiannya semenjak kuliah, Gerfond Company. Perusahaan asing inilah yang membuatnya mengejar impiannya hingga kuliah di negeri paman Sam. Ia mendapatkan beasiswa Full dari perusahaan ini di bidang administrasi bisnis di Harvard University. Lyra adalah lulusan terbaik yang mendapatkan predikat cumlaude.

Pagi yang begitu cerah, secerah hatiku” gumam lyra dengan semangat. Dia begitu luar biasa menggebu gebu di hari pertamanya bekerja setelah ia dinyatakan diterima seminggu yang lalau. Seragam yang telah disiapkannya dikenakan dengan begitu rapi  dan elegan.  Lyra begitu yakin Penampilan adalah hal pertama yang dilihat dan dinilai orang lain dari dirinya.

Dengan langkah kaki yang bersemangat ia melangkah masuk ke dalam perusahaan itu. Sejenak ia berhenti di receptionist untuk menananyakan di lantai berapa ruang konferensi berada. lyra membaca di jadwal yang ia terima, bahwa hari ini ia harus ikut konferensi dulu untuk menilai profil dan dan menganalisis persaingan bisnis Gefond Company dengan perusahaan lainnya. Inilah tugas pertama yang diberikan tutornya yang tak lain manajer di department marketing dan bisnis.

Masuk ke ruang konferensi, lyra segera mengambil tempat duduk yang berada di tengah, tidak terlalu di depan dan tidak terlalu di belakang. lyra ingin sekali menunjukan kemampuan terbaiknya sebagai fresh graduate lulusan universitas ternama di Amerika maka dari itu lyra ingin serius menyimak isi konferensi ini. Lyra mulai menyesuaikan duduk dengan nyaman saat ada suara yang menyapanya. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita yang segera dia kenali sebagai teman yang sama sama dinyatakan diterima di perusahaan ini berbarengan dengan dia.

“hai..” sapa wanita itu

Lyra sejenak mengingat nama wanita ini, saat wanita itu ternyata sedang mengulurkan tangan,

“Prisila larasati..”, Lyra pun dengan cepat menyambut uluran tangan teman barunya ini. Dan ketika ia hendak menyebutkan namanya, langsung dipotong oleh wanita itu,

 “anda pasti Lyra.. “ gumam wanita itu

Lyrapun langsung menjawab “ooh yaa, Lyraisha Darmajaya”.

“Siapa yang tidak tahu dengan anda,  Lyraisha Darmajaya peserta yang mendapatkan nilai tertinggi saat test penerimaan Gerfond Company bahkan menjadi pemecah rekor nilai tertinggi pelamar perusahaan ini..” gumam Prisil dengan kagum, yang disambut senyum kebanggan di bibir Lyra.

Rupanya datang cepat ke ruang konferensi membuat lyra mendapatkan banyak kenalan. Mereka di antaranya adalah sesama pegawai baru di perusahaan ini. Ada si centil Melani, si Kikuk Rio dan sis sok tampan Raymond . yah setidaknya itulah karakter dominan yang dibaca lyra dari perkenalan singkatnya itu. Eehmm, sejenak lyra berpikir, “mereka menilai saya seperti apa”? Gumamanya dalam hati

Lyra begitu serius membaca kembali berita dan profil perusahaan ini dan perusahaan lain yang menjadi saingannya hingga ia tak sadar bahwa ruang konferensi ini sudah penuh dengan pegawai dari berbagai deprtemen dan acara sudah dimulai bahkan sudah ada langkah kaki yang telah menuju podium ruang konferensi ini. Lyra baru sadar saat temannya menyebutkan nama direktur eksekutif yang sudah berada di podium tersebut untuk mennyampaikan pidato singkatnya.

“ Itu pasti pak Ferdinan  Alpath . wow, dia keren sekali, lebih tampan dilihat langsung seperti ini, berkharisma dan masih muda..” seru melani dengan suara yang sengaja di pelan-pelankan.

Seketika itu pula, Lyra berhenti membaca dan segera mendogkakkan kepalanya ke podium konferensi. Ditatapnya sosok pria yang tadi dikatakan melani, tapi pria itu  sedang menoleh, untuk membisikkan sesuatu ditelinga asisten pria nya. Sehingga Lyra belum bisa melihat jelas sosok yang ada di depannya sekarang.  Tanpa sengaja dokumen personal yang sedari tadi  berada dipangkuannya jatuh kelantai. Dengan segera Lyra mencari dokumen personal itu yang ternyata jatuh kebawah tempat duduk seseorang yang berada di depannya,  dengan suasana gelap temaram di ruang konferensi itu, lyra kesulitan mengambil dan menjangkau dokumen personal tersebut. Tangannya masih berusaha menjangkau, namun masih belum bisa.

“Selamat Pagi, rekan rekan Gerfond Company, …” seru Ferdi dengan lantang

Lyra yang sedari tadi sibuk mengambil dokumen personal tersebut seketika membeku, suara itu,  nama itu mengapa begitu familiar. Bagaimana bisa seseorang mempunyai nama dan suara yang begitu sama?. Pikir Lyra dalam hati.

“dan selamat datang pula untuk pegawai baru Gerfond Company yang begitu luar biasa..” lanjut Ferdi dengan Lantang..

Mendengar suara yang ia kenali itu, lyra langsung menatap segera kedepan lupa akan dokumen personal yang ia jatuhkan itu, tapi terhalang oleh melani yang sedari tadi mendongkakkan kepalanya dengan begitu semangat. Sampai pada saat melani menurunkan kepalanya, tanpa sadar Lyra pun langsung mendongkakan kepalanya kedepan , dan dengan segera mengenali sosok itu. Sosok yang berdiri dengan begitu berkharisma didepan podium itu. Sosok yang begitu dikenalinya, sosok yang telah lama tak dilihatnya. Jauh dari dalam relung hatinya, Lyra merindukan sosok itu, walaupun sampai sekarang tak diakuinya.

Ferdi begitu serius dan lantang menyampaikan berbagai peluang bisnis, pendapatan terakhir dan keuntungan luar biasa dari Gerfond Company, sedangkan Lyra masih tak bergerming menyerap kenyataan yang ada di depannya ini. Hingga Lyra melupakan tugas untuk menganalisis  dan merangkum semua yang disampaikan oleh direktur eksekutif tersebut. Lyra benar benar terhanyut oleh sosok yang ada di depannya sekarang.

“sampai disini yang bisa ku sampikan, Kuharap kita bisa mengharmonisasikan langkah bersama demi Gerfond Company yang gemilang..” seru ferdi menutup pidato singkatnya, yang langsung disambut tepukan tangan yang meriah dari segala penjuru ruang konferensi.

Lyra masih termenung dengan kenyataan ini, disaat yang lain bertepuk tangan meriah, lyra hanya diam membeku dengan tatapan kosong. tanpa disadarinya Ferdi memperhatikan dan  memandang tepat kearahnya. ferdi melihat hanya Lyralah yang tidak bertepuk tangan. saat ia memandang ke arah Lyra, ia terkejut melihat sosok yang amat dikenalinya berada satu ruangan dengannya.

tiba tiba Dari arah samping Prisil menyikut lengan Lyra. seketika itu barulah Lyra tersadar  dan segera langsung menatap ke depan  untuk mulai fokus lagi. saat itulah mata Lyra bertatapan lekat dengan mata ferdi yang memang sedari tadi telah memandangi lyra dari podiumnya.

acara di ruang konferensi sudah selesai. semua pegawai dan karyawan sudah mulai meninggalkan tempat duduk masing-masing menuju ke ruangan kerjanya. sedangkan Lyra masih termenung menyerap kenyataan yang belum bisa dipahaminya.

Masih terkejut dengan kenyataan ini, Lyra berjalan sendiri keluar dari ruang konferensi yang ternyata sudah lumayan sepi.

“ begitu tidak semangat di hari pertamamu”  seru seorang pria kepada Lyra

Lyra berhenti dan segera menoleh kearah sumber suara yang didengarnya,

“Lyraisha Darmawijaya?” Tanya ramah lelaki itu..

Lyra mengangguk dan pria itu segera memberikan dokumen personal milik lyra yang sempat terlupakan tadi, kepadanya.

Pria itu langsung mengulurkan tangannya sambil bergumam “Alvino Wiratmodjo..” yang langsung disambut oleh Lyra dengan senyum ramahnya yang sedikit dipaksakan. Mereka berbicara singkat, sambil sesekali tertawa berjalan menuju ruang kerja masing masing.

Tanpa Lyra dan Vino sadari, ada mata tajam yang memandang dari pintu samping, yang bertuliskan khusus eksekutif, “only eksekutif”.

****
Selanjutnya : Setelah Tak bersama Chapter 2