POV Qamira
Uda hampir 2 hari aku ngambek. Gak mau keluar
kamar kecuali buat ambil cemilan. Papa dan Mama sepertinya belum sadar atas
aksi mogok bicara sejak deklarasi
keiginanku untuk kuliah di Aussie dua hari yang lalu.
“iiih, Papa dan Mama nyebelin. Masa aku gak
diizinin kuliah di Aussie. Sekarang malah sibuk ke rumah Tante Nisa. Ada apa
lagi di rumah Tante Nisa?, kok kayaknya rame banget..” tanyaku dalam hati
Rasa penasaran itu menuntunku untuk
menyibakkan tirai jendel kamarku yang memang berada di lantai atas tepat
berhadapan dengan rumah Tante Nisa.
Tiba-tiba tubuhku membeku. Mata itu, mata yang
sangat aku kenali. Tengah menatap tepat
ke jendela kamarku seolah-olah sudah
lama menantikan sang pemilik kamar untuk keluar. Atau dia menatapku?.
Dia tersenyum. Senyum termanis yang pernah aku
lihat semenjak Ia pergi ke….. tunggu bukannya kak Zain kuliah di Aussie ya?
berarti harusnya aku bisa meyakinkan Mama dan Papa bahwa ada Zain yang bakal
ngejagain aku di sana nanti. Jadi tak
ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
Dari jauh ku dengar dia menyapaku..
“Hei dek Mira, apa kabar?” tanyanya dari
seberang
Aku gelagapan. Masih shock karena bahagia atas
kenyataan bahwa ada kemingkinan kuliahku bakal diizininkan.
Aku tersenyum balik padanya. Senyuman yang
ditujukkan kepada dewa penyelamatku—Kak
Zain.
“baik kak..” jawabku seadaanya. Mataku mencari
cari ada yang berbeda dari dirinya. Matanya yang sudah memancarkan aura
kedewasaan, tubuh yang sudah berisi dan terbentuk otot di sekitar
deltoidny—tidak kurus seperti dulu, dan senyum yang bertambah manis..
Pointnya Ia bertambah manis, entah sejak
kapan. Hingga aku tersadar bahwa Aku gak nanya balik kabar kak Zain walau hanya sekedar basa-basi karena, karena
saat ini pikiranku uda melayang ke suatu masa 14 tahun yang lalu. saat pemuda
yang ada di depanku ini—kak Zain masih begitu berbeda.
Flasback
on
Siang itu aku mengurung diri di kamar karena
ini adalah jadwal tidur siangku. “Oh Mama, uda
kelas 2 SD masih ada aja jadwal tidur siang untukku..” rutukku dalam
hati
“Temen-temenku yang lain pasti sedang bermain
main saat ini” Gumamku iri.
Tiba-tiba suara teriakan dari luar
mengintrupsi kekesalanku dalam hati.
Ku sibakkan tirai jendela kamarku untuk
melihat apa yang ada disana. Ternyata Tante Nisa tengah berteriak teriak
mencari..
“heii Mira, apa kau melihat Zain, sayang..? tanya Tante Nisa dari bawah
Aku menggelengkan kepala padahal aku melihat
Kak Zain—yang saat itu sudah kelas 2 SMP tapi masih saja bandel kalau disuruh
pergi kursus. Kak Zain berada tepat di bawah pohon dalam pagar rumahku—tempat
favoritnya bersembunyi. Dan selalu aku yang memergokinya.
“sssssttt..” kak Zain meletakkan satu jari telunjuknya didepan
bibir sebagai tanda bahwa aku jangan sampai memberi tahu keberadaannya pada
Tante Nisa.
Tante Nisa berlalu masuk kembali ke rumah
setelah capai mencari kak Zain keman mana.
Ku lihat
kak Zain tersenyum atas kerjasamaku yang telah menyelamatkannya dari
Bunda dan kursus sialan itu.
Dia berjalan jalan mengendap ngendap keluar
dari pagar rumahku untuk melarikan diri dan memilih bermain sepeda dengan
teman-temannya yang telah menunggu di simpang kompleks.
Si pemalas. Itulah julukan yang sangat cocok
disandang oleh kak Zain. Tak terhitung lagi jumlahnya, aku melihat Ia “minggat”
kalau ada jadwal kursus piano, Sains dll.
Tapi yang membuatku heran, walaupun kak Zain
terlihat malas-malasan kalau diminta pergi kursus, tapi di kelas justru Ia lah
bintangnya. Ia selalu juara kelas dari SD. Wow!! Apa aku kagum? Jawabnnya
Tidak.. walau dia terlihat cerdas, tapi mengapa justru tampilan konyolnya saat
mengendap ngendap dan kepergok minggat itulah, yang justru menepati memori
terkuat dalam ingatanku.. hingga saat ini.
Tapi..
semua itu telah sirna,saat ini kak Zain yang ada dihadapanku bukanlah kak Zain yang dulu. Ia
terlihat sudah begitu dewasa untuk terlihat konyol ataupun untuk dijuluki ‘si
pemalas’ lagi..
Falshback
Off
“Qamira Nafisah kok melamun? “ tanya kak Zain dari seberang
Aku gelagapan,
entah sudah berapa lama aku tertangkap melamun di depannya. Melamunkan
dirinya pula..
“Ooh eehm..” hanya suara gumaman itu yang
berhasil lolos dari bibirku..
“ya udah deh, gak perlu dijawab, nanti malam
datang ya ke rumah kakak, Bunda ngadain syukuran..” ucapnya santai.
“kakak masuk dulu..” pamitnya padaku
____________
WAIT NEXT CHAP ya.. :*
NEXT :#3 LOVE IN AUSSIE~Ujian Keseriusan dari Calon mertua
EmoticonEmoticon