( oleh Yesica Tria Enggriani,
mahasisiwa IK semester 3 Universitas Sriwijaya)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
pada era globalisasi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap pelayanan
kesehatan. Masyarakat lebih menuntut pelayanan yang berkualitas serta
sanggup memenuhi kebutuhan klien. Kepuasan pasien merupakan salah satu
indicator untuk mengukur berkualitas atau tidak suatu pelayanan kesehatan
tersebut. Kepuasan yang dialami oleh pasien sangat berkaitan erat dengan
kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat, mengingat perawat selama
24 jam secara berkesinambungan mengetahui kondisi pasien dan merupakan ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan. Ditambah lagi dari hasil penelitian Zahrotul
(2008) diketahui bahwa kualitas pelayanan perawat memberi sumbangan efektif
sebesar 74,4 % terhadap kepuasan pasien. Kepuasaan pasien tersebut tentu saja
akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana seorang pasien memandang profesi ini
. hal ini secara langsung juga berpengaruh terhadap citra perawat di mata
masyarakat khususnya melalui media massa.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan peran serta media massa turut
pula mempengaruhi informasi yang diterima oleh masyarakat, Hal ini ditandai
dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti kinerja tenaga-tenaga
kesehatan dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan
kesehatan termasuk dalam hal ini perawat. Pengetahuan masyarakat yang semakin
meningkat, berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. masyarakat akan lebih
mudah mengkases segala sesuatu yang dilakukan oleh perawat. Tindak tanduk
perawat begitu mudahnya tersebar. Hal ini bukan hanya menyangkut pandangan
masyarakat terhadap profesi ini, lebih
dari itu yang dipertaruhkan adalah citra sosok perawat itu sendiri.
Khusunya yang berkenana dengan pelayanan yang diberikan perawat terhadap
masyarakat tentunya akan mempengaruhi citra profesi itu sendiri apakah baik
atau buruk dan bisa diterima atau tidak oleh masyarakat.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi
perawat sebagai profesi asistensi dokter atau pekerja sosial yang sifatnya
membantu orang sakit atas instruksi–instruksi dokter yang kadang kala dalam
melakukan tindakannya sebagian masyarakat sudah terlanjur memandang sosok
perawat sebagi profesi yang kurang ramah (judes), tidak tanggap akan kebutuhan
pasien dan lain sebagainya. di kalangan praktisi perawat itu sendiri pun
kadang-kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap profesinya
sendiri, hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan
keperawatan masih bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan
yang profesional.
Dalam hal ini
masyarakat bukanlah tidak mengetahui profesi perawat ini, hanya saja masyarakat
sedikit salah dalam memahami hal tersebut karena hal tersebut sudah terlanjur
melekat pada diri masyarakat yang salah satunya disebabkan karena penyebaran
informasi yang kurang benar antar individu yang satu dengan yang lain atau
melalui media massa. Hal ini tentu saja merupakan
tantangan bagi profesi perawat dalam mengembangkan profesionalisme selama
memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di
mata masyarakat terutama melalui media masa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
bagaimana citra seorang perawat selama ini di mata masyarakat
khususnya
melalui media massa?
1.2.2
bagaimana peranan media massa dalam membangun citra perawat?
1.2.3
bagaimana membangun citra seorang perawat agar senantiasa baik
di
mata masyarakat terutama melalui media masa?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui citra seorang perawat di mata masyarakat
khususnya
melalui media massa
1.3.2
Untuk mengetahui peranan media massa dalam membangun citra
bagi
seorang perawat agar bisa di terima masyarakat
1.3.3
Untuk mengetahui bagaimana cara membangun citra perawat agar
senantiasa
baik di mata masyarakat terutama melalui media masa
1.4 Manfaat
1.4.1
Bagi Masyarakat
Mendapat pemahaman yang
benar akan sosok seorang perawat sehingga citra positif terhadap sosok perawat
dapat terbangun dengan baik di mata masyarakat yang berarti bahwa masyarakat
akan memberi kepercayaan terhadap profesi ini dalam memberikan pelayanan yang
dibutuhkan.
1.4.2
Bagi Perawat
Menyadarkan perawat
akan pentingnya perbaikan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan klien agar citra positif terhadap profesi ini senantiasa melekat di
mata masyarakat.
1.4.3 Bagi
Pemerintah
Dengan meningkatnya kepercayaan
masyarakat akan profesi perawat, ini berarti perawat turut serta membantu
pemerintah dalam melakukan perbaikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat demi tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Citra
Perawat di Media Massa
Citra menurut
Rhenald Kasali, yaitu kesan yang timbul karena pemahaman dari suatu kenyataan
(2003:28). Image atau citra dibentuk
berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap
suatu objek yang pada akhirnya akan membentuk sikap atau penilaian terhadap
pelayanan keperawatan. Selanjutnya sikap atau penilian tersebut dapat dipakai
oleh pasien sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan untuk menggunakan
pelayanan selanjutnya. Hal ini karena citra atau Image dapat mewakili
pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek. (Mugianti,
sri. “Citra Perawat Menurut Persfektif Pasien di Rumah Sakit Pemerintah Di
Wilayah Blitar Jawa Timur”. Jurnal Kesehatan, volume 7, ( 1 Mei 2009) : 31-40.
7 Agutsus 2012. <http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
71093140_1693-4903. Pdf>.)
Jadi dapat
disimpulkan bahwa citra perawat adalah
kesan atau pengalaman yang dialami oleh seseorang yang menimbulkan suatu
penilaian atas tugas dan tindakan yang dilakukan perawat terhadap pasien.
Image atau
citra, reputasi dan kepedulian perawat merupakan peranan penting terhadap
kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan
untuk proses penyembuhan. Pasien menginterpretasikan perawat berawal dari cara pandang melalui
panca indra dari informasi-informasi yang didapatkan baik dari orang lain, diri
sendiri maupun dari berbagai media massa sehingga menghasilkan anggapan yang
positif terhadap perawat, meskipun dengan harga yang tinggi pasien akan tetap
setia menggunakan jasa perawat dengan harapan-harapan yang diinginkan pasien
(tjiptono, 1997 dalam Mugianti, sri. “Citra
Perawat Menurut Persfektif Pasien di Rumah Sakit Pemerintah Di Wilayah Blitar
Jawa Timur”. Jurnal Kesehatan, volume 7, ( 1 Mei 2009) : 31-40. 7 Agutsus 2012.
<http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
71093140_1693-4903. Pdf>.)
Citra perawat merupakan peranan penting terhadap kepuasaan pasien, hal ini
terlihat dari makna pasien terhadap pelyanan keperawatan yang tergambar dalam 3
tema yaitu pengalaman positif, pengalaman negatif dan meningkankan citra. Untuk
dapat sampai pada peningkatan citra tentu saja seorang pasien tersebut telah benar-benar
merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh perawat hingga bukan hanya pengalaman postif yang ia
rasakan namun lebih dari itu yakni peningkatan citra seorang perawat di matanya dan jika hal tersebut tertanam
lama dan berkelanjutan maka bukan tidak mungkin citra perawat di mata
masyarakat akan terus meningkat seiring jalannya waktu hingga sesuai dengan
harapan dari profesi perawat itu sendiri.
Pada umumnya pasien menginginkan dirawat
oleh perawat yang diidamkan berpenampilan menarik serta mampu memenuhi
kebutuhannya. Orang yang berpenampilan menarik dinilai memiliki atribut-atribut
positif seperti berkepribadian menarik, mampu bersosialisasi, profesional dan
dapat membina hubungan yang harmonis. individu yang berpenamiplan menarik juga
lebih dihargai dan mendapat pengakuan yang istimewa dari lingkungannya
(hatfield & sprecher 1980 dalam Mugianti, sri. “Citra
Perawat Menurut Persfektif Pasien di Rumah Sakit Pemerintah Di Wilayah Blitar
Jawa Timur”. Jurnal Kesehatan, volume 7, ( 1 Mei 2009) : 31-40. 7 Agutsus 2012.
<http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
71093140_1693-4903. Pdf>.)
Sama halnya seperti
di atas, (kurniati : 2005) sosok perawat yang diinginkan klien antara lain
tanggap akan kebutuhan klien, menghargai klien, terampil, berpengetahuan,
komunikatif dan mendidik.
Namun apakah
sosok perawat sendiri sudah sesuai
harapan pasien seperti diatas? Sangat disayangkan ternyata perawat indonesia
khususnya belum bisa sepenuhnya memenuhi harapan pasien. Hal ini terlihat
dalam pengakuan terhadap profesi perawat
masih banyak di ragukan baik oleh masyarakat atau oleh profesi lain.citra
perawat indonesia saat ini di mata masyarakat indonesia belum sesuai dengan
harapan profesi perawat, sebagaian mereka memandang perawat sebagai profesi
yang membatu dokter dalam memenuhi kebutuhan klien. Keadaan ini diperkuat secara historis, dimana perawat
memiliki pendidikan dan kemempuan analisis yang sangat rendah sehingga para
dokter mengganggap perawat sebagai pembantu mereka. Hal ini antara lain
disebabkan perawat indonesia kurang menguasi keterampilan keperawatan
profesional dan mereka lebih menguasai prosedur medis daripada asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab mereka. ( Rijadi, 2005, http//blog.360.yahoo/blogvkiu
dalam Mugianti,
sri. “Citra Perawat Menurut Persfektif Pasien di Rumah Sakit Pemerintah Di
Wilayah Blitar Jawa Timur”. Jurnal Kesehatan, volume 7, ( 1 Mei 2009) : 31-40.
7 Agutsus 2012. <http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal/ 71093140_1693-4903. Pdf>.)
Label yang
kurang sedap juga acap kali kita dengar dari masyarakat yang saat ditanya, apa
yang terlintas dalam benak mereka saat pertama kali mendengar kata ‘perawat’?
Banyak jawaban tentu akan mereka muntahkan, sesuai bagaimana kita
mempersepsikannya. Perawat, seolah tak pernah lekang dari warna putihnya. Tapi,
ini bukan masalah. Ada sisi lain yang perlu untuk kita tengok. Hingga kini,
label ‘jutek’ masih menyelimuti tubuh perawat itu sendiri. Memang sulit untuk
dinafikan, beberapa eselon masyarakat, masih beranggapan demikian. Paradigma
perawat sebagai seorang bawahan atau ‘pembantu’ dokter, pun itu masih sering
terjadi. Ironis, memang! Padahal, perawat kini telah disanding dengan label
‘profesi’ dan seringpula dikoar-koarkan sebagai mitra dari dokter itu sendiri.
( Yana yan. 2009.http://mnpls.com/welcome-19758.html,
daikses pada 7 agustus 2012)
Sama
halnya dengan opini yang terlanjur melekat di masyarakat, penelitian yang di
lakukan oleh (Ducan :1992) mengenai citra perawat di media massa juga
menunjukkan hasil yang hampir sama dengan yang selama ini telah kita dengar
yakni peran perawat digambarkan sebagai
pembantu dokter, perawat sebagai figuran, berada di nurse stasion melakukan
diskusi, menerima telepon, menanti perintah dokter, menjadi kurir, tempat
penitipan pesan. Sisi positif yang ditampilkan adalah perawat selalu memberikan
support ke pasien, dari sis teknik terpusat pada upaya bagaimana pasien bisa
beristirahat. Hal lain yang digambarkan dia tentang perawat adalah masih muda,
single, ke kanak-kanakan, romantis dan petualang.
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita memang masih menemukan perilaku kurang baik yang
dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien saat menjalankan tugasnya di rumah sakit pada
hal tidak semua perawat yang berlaku demikian. Hal itu memang sangat
disayangkan karena bisa membuat citra perawat menjadi tidak baik di mata
masyarakat. Ternyata memang hal-hal seperti itulah yang memunculkan jawaban
demikian dari masyarakat. (Rani Setiani Sujana, 2009, http://mhs.blog.ui.ac.id/
rani.setiani, diakses pada 7 agustus 2012).
Terlepas
dari semua itu, perawat merupakan suatu profesi yang mulia baik itu di hadapan
Tuhan maupun di hadapan masyarakat luas. Seorang perawat
mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan
mereka dari segi apapun, perawat pula lah yang berada
ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan
klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu.
Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang dilakukan oleh seorang perawat,
akan sangat berharga bagi nyawa orang lain. Seorang perawat juga mengemban
fungsi dan peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan secara
holistik kepada klien.
2.2
Peran Media Massa dalam Pembentukan Citra Perawat
Dalam
kehidupan modern, kebutuhan orang akan komunikasi dan informasi semakin
meningkat. Informasi dibutuhkan oleh
orang untuk memperluas wawasan dan pengetahuan dan tidak jarang juga menjadi bahan pertimbangan bagi seseorang
untuk mengambil suatu keputusan. Berkaitan dengan hal ini, media masa mempunyai
peranan untuk menyediakan informasi yang berguna bagi masyarakat luas. Tidak
hanya itu media masa juga dapat dimanfaatkan untuk membentuk opini publik atau
mendesak kepentingan publik agar diperhatikan oleh penguasa (Budiyanto,2007
:96).
Salah satu peran media massa yang telah
disebutkan sebelumnya adalah sebagai pemasok dan penyebar informasi yang
diperlukan untuk pembentukan opini publik. Melalui media massa masyarakat dapat
dengan mudah mengakses segala informasi yang berkaitan dengan sesuatu yang
ingin diketahui oleh mereka. Oleh karena itu, peran media massa dalam pembentuk
opini masyarakat terhadap sesuatu tidak perlu diragukan lagi. Tak jarang pula media massa digunakan sebagai alat untuk
pencitraan suatu individu atau kelompok. Mengingat pentingnya pencitraan bagi
suatu individu atau kelompok, saat ini hampir semua kelompok organisasi
khususnya yang berkenaan langsung dengan masyarakat baik itu organisasi
pemerintahan atau swasta mulai membangun pencitraan di hadapan publik, tak
terkecuali organisasi profesi seperti halnya profesi kesehatan termasuk profesi
perawat.
Profesi
perawat merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan. hal ini terlihat dari
tugas yang diemban oleh seorang perawat. perawatlah yang berada
ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan
klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu. tetapi keberadaannya terlupakan dan terabaikan
karena perawat kurang mampu membentuk citra positif di masyarakat. Kondisi
ini sangat disayangkan bila tidak segera direspon oleh perawat. Perubahan
penampilan, tanggap akan kebutuhan masyarakat, pemahaman tentang peran sesuai
dengan keinginan masyarakat harus diperhatiakan oleh perawat.
Profesi
perawat diharapkan mampu menciptakan dan mengkondisikan situasi dan lingkungan
yang kondusif, agar menimbulkan kepuasan bagi pasien, sehingga informasi yang
disebarluaskan oleh pasien kepada masyarakat berupa berita yang positif. Secara
naluri kepuasan dan ketidakpuasan akan menjadi berita di masyarakat karena
psien yang sudah mencoba pelayanan keperawatan akan secara tidak langsung
menjadi media promosi bagi perawat bila pelayanan keperawatan sesuai dengan
harapan pasien maka akan meningkatkan citra tetapi apabila tidak sesuai harapan
akan membuat citra perawat turun sampai tidak diminati lagi oleh pasien dan hal
yang lebih ekstrim lagi perawat akan ditinggalkan oleh pasien. ( Anonim. 2007.
Http:// www.ksh.co.id Mugianti,
sri. “Citra Perawat Menurut Persfektif Pasien di Rumah Sakit Pemerintah Di
Wilayah Blitar Jawa Timur”. Jurnal Kesehatan, volume 7, ( 1 Mei 2009) : 31-40.
7 Agutsus 2012. <http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
71093140_1693-4903. Pdf>.)
Saat ini,
melalui teknologi, masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai media
massa dan komunikasi termasuk dalam hal
ini penerimaan dan penyebarluasaan inforamasi yang berkenaaan dengan pelayanan
keperawatan. Bila informasi yang disebarluaskan tersebut berupa informasi yang
positif maka citra perawat juga kan meningkat tentunya begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu pembentukan citra seorang perawat terutama saat berhadapan
dengan klien akan sangat mempengaruhi citra dan pandangan bukan hanya klien
yang bersangkutan tapi juga masyarakat luas. Oleh karena itu peran media massa
dalam pembanguna citra perawat di mata masyarakat sangatlah penting bagi
keberlangsungan kepercayaan masyarakat akan kinerja profesi ini. Kendati
demikian, perbaikan dari dalam diri personal perawatlah yang harusnya lebih
diutamkan misalnya dengan menanamkan etika keperawatan yang baik sejak dini
saat masih mengenyam pendiidkan keperawatan di kampus dibandingkan dengan hanya
terus menerus membangun citra dihadapan publik namun kenyataanya tidak demikian,
itulah sebabnya diharapkan pembanguna citra ini bukan hanya baik saat terlihat di media massa tapi juga
terbentuk secara alami dari masing-masing interpersonal perawat tersebut.
2.3 Membangun Citra Perawat Melalui Media Massa
Telah
disebutkan sebelumya bahwa sebenarnya hal yang lebih utama dalam pembangunan
citra perawat adalah penanaman interpersonal yang baik sejak dini agar citra
positif perawat terbentuk secara alami
dengan sendirinya, namun seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa peranan
media massa dalam pembentukan opini publik tidak diragukan lagi, termasuk dalam
hal ini pembentukan opini publik bagi citra seorang perawat. Penyebaran
informasi melalui media massa baik cetak
maupun elektronik sepertinya memang sangat diperlukan bagi perbaikan citra
perawat, sehingga citra negatif yang terlanjur melekat di mata masyarakat dapat
diperbaiki. Meningkatnya citra positif akan profesi ini tentu saja memberikan
dampak posif pula terhadap kemajuan profesi ini yakni kepercayaan yang
senantiasa diberikan oleh masyarakat ketika perawat memberikan pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan oleh klien, sebab, seperti yang kita ketahui bahwa
kepercayaan merupkan elemen penting bagi profesi ini dalam menjalankan tugasnya.
Secara umum,
hal ini dianggap wajar untuk dilaksanakan mengingat profesi ini adalah profesi
yang menjalin kontrak sosial dengan masyarakat yang artinya masyarakat
memberikan kepercayaan kepada perawat untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan klien.
Dalam hal
pembangunan citra terutama di media masa , perawat termasuk profesi yang
sedikit tertinggal dari profesi kesehatan lainnya. Hal ini terlihat dari iklan
layanan kesehatan ataupun produk kesehatan lainnya yang ditayangkan di televisi
seperti dokter dengan iklan layanan kesehatan seperti mencuci tangan yang baik
dan benar dengan menggunakan produk sabun tertentu. Selanjutnya dokter gigi
dengan cara menggosok gigi yang baik dan benar dengan menggunkan produk pasta
gigi tertentu pada bulan kesehatan gigi nasional serta bidan dengan keluarga
berencana dan “bidan andalannya”.profesi-profesi tersebut secara aktif
membangun citra mereka di masyarakat melalui media masa. Bagaimana dengan perawat? Hampir Selama 23 tahun sejak tahun 1989
perawat memang terlalu fokus memperjuangakan RUUK yang merupakan hak bagi perawat untuk
mendapatkan pengakuan yang lebih layaak atas pelayanan yang diberikan sehingga
ada yang sedikit terlupa untuk dilakukan oleh profesi ini yaitu salah satunya
pembangunan citra baik itu melalui media masa atau media yang lainnya. Perawat
bukanlah tak bisa melakukan pembanguna citra seperti profesi-profesi kesehatan
yang lainnya. Perawat bisa memulai dengan iklan layanan kesehatan “ gerakan
senyum perawat” dengan menampilkan kesan ramah dan pelayanan profesionla baik
itu di rumah sakit modern maupun di puskesmas pedesaaan atau dengan “panggil
kami ners” yang masih belum familiar di telinga masyarakat, sehingga citra
perawat yang baik di mata masyarakat akan dengan sendirinya terbangun yang
berarti kepercayaan masyarakat akan kinerja profesi ini dapat meningkat.
Dari segi
keilmuwan memang perawat tidak bisa disandingkan dengan profesi kesehatan
lainnya seperti dokter karena disiplin ilmunya memang sudah berbeda sehingga
anggapan masyarakat yang menilai bahwa profesi perawat adalah bawahan atau
pembantu dokter itu dapat diubah mengingat perawat bukanlah lagi tenaga pekerja
vokasional yang hanya menguasai keteramplan sebagai seorang perawat saja namun juga
sudah dibekali dengan disiplin ilmu keperawatan untuk menunjukan bahwa profesi
ini adalah tenaga profesional yang merupakan mitra bagi dokter dan bukan
sebagai bawahannya.kendati demikian, sudah layak kah kita disebut sebagai mitra
dokter jika citra perawat di sebagian masyarakat masih negatif? Oleh karena itu
lebih bijak jika untuk saat ini selain membangun citra positif melalui media
massa hendaknya juga bersamaan dengan pengasahan intelektualitas perawat
misalnya dengan terjun ke dunia penelitian di bidang keperawatan dengan
menciptakan inovasi tertentu dalam pelayanan keperawatan untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan yang dibutuhkan
klien. Selanjutnya hal ini disebarluaskan melalui media massa. Dengan
menapilkan prestasi-prestasi melalui media massa, anggapan masyarakat yang selama
ini menganggap bahwa profesi ini sepenuhya bawahan dokter dapat memudar melalui
prestasi-prestasi yang ditemukan oleh perawat tersebut.
Hal ini
sebenarnya sudah tidak asing lagi dalam upaya peningkatan profesionalisme
seorang perawat, hanya saja pelaksanaanya yang tidak begitu berjalan karena
hanya segelintir perawat yang mau dan mampu melakukan hal yang demikian. Bukan
tidak mungkin jika profesi ini tidak segera berbenah maka perawat sebagai
sebuah profesi yang mengedepankan profesionalisme yang selama ini didengung
dengungkan hanya sebatas akan menjadi angan-angan
saja.
Beberapa
cara membangun citra perawat yang sudah dibahas sebelumya itu, hanyalah satu
dari sekian banyak cara untuk membangun citra positif di mata masyarakat. Hal
ini sebenarnya juga bukanlah hal yang asing lagi dalam upaya peningkatan citra
seorang perawat di media masa. Sudah amat sering hal tersebut
didengung-dengungkan, dan adakalnya pula bebarapa perawat peduli untuk
melaksanakan hal tersebut, hanya saja pelaksanaanya yang belum maksimal. Oleh
karena itu, hal ini sudah selayaknya menjadi tantangan bagi profesi perawat dalam
mengembangkan profesionalisme untuk
selalu memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat
senantiasa baik di mata masyarakat terutama melalui media massa. Kalau bukan
kita yang peduli untuk kemajuan profesi ini, siapa lagi?
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan mengenai citra perawat di media massa seperti di atas dapat
disimpulkan bahwa sebagian masyarakat masih memandang profesi ini dengan label
yang negatif seperti perawat itu tidak ramah ( jutek ), kurang tanggap akan
kebutuhan klien dan lain sebagainya. Hal ini bisa dikatakan tidak sepenuhnya
masyarakat yang salah, karena Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang masih
menemukan perilaku kurang baik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap
klien saat menjalankan tugasnya. Umumnya
masyarakat memang lebih mudah menyoroti hal-hal yang berbau negatif, apalagi di
era globalisasi ini hal semacam itu mudah sekali tersebar. Hal ini mau tak mau
berpengaruh langsung pada kepercayaan masyarakat akan profesi ini. padahal yang
perlu dipahami bahwa tidak semua perawat berlaku demikian. Oleh karena
itu, sudah selayaknya ini menjadi bahan
instrospeksi bagi profesi perawat dalam mengembangkan profesionalisme selama
memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di
mata masyarakat terutama melalui media masa.
3.2
Saran
Pembahasan
mengenai citra perawat di media massa di atas mengindikasikan bahwa profesi ini
harus segera berbenah diri agar citra perawat ideal yang diidam-idamkan selama
ini oleh masyarakat dapat terwujud. Upaya-upaya yang dilakukan untuk perbaikan
tersebut selain perbaikan dari dalam pendidikan keperawatan yang mengutamakan
perbaikan dari interpersonal masing masing perawat juga bisa menggunakan media
massa sebagai pembentuk opini publik agar citra negatif terhadap perawat yang
melekat selama ini dapat berangsur-angsur menghilang.
Refrensi
Rideout,
Elizabet.2001.Transforming Nursing
Education Through Problem-Based Learning. Oleh Novieastari, Enie, dkk.Pendidikan Keperawatan Berdasarkan Problem
Based Learning.2001. Jakarta:EGC
Mugianti, sri. “Citra Perawat Menurut Persfektif Pasien di Rumah Sakit
Pemerintah Di Wilayah Blitar Jawa Timur”. Jurnal Kesehatan, volume 7, ( 1
Mei 2009) : 31-40. (online), 7 Agutsus 2012. <http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71093140_1693-4903. Pdf>.
Budiyanto.2007.pendidikan
Kewarganegaraan 3. Jakarta : Erlangga
Rani Setiani Sujana. 2009. Peran Perawat Profesional dalam
Membangun Citra Perawat Ideal di Mata Masyarakat.(online), http://mhs.blog.ui.ac.id/
rani.setiani,
diakses pada 7 agustus 2012
Yana yan. 2009. Citra Ideal Seorang Perawat.(online), http://mnpls.com/welcome-19758.html,
daikses pada 7 agustus 2012
EmoticonEmoticon