Malam sudah semakin larut. Mata Lyra lagi lagi belum ingin
terpejam, malah mata itu terus menitikkan mutiaranya turun ke pipi gadis itu.
Lyra ternyata masih berusaha untuk membaca isi kertas biru itu, walau sempat
takut, tapi kemudian dengan perlahan dibacanya lagi kertas yang amat sangat
membuatnya sedih selama 5 tahun belakangan.
“Hari yang menjadi saat
paling indah dalam hidup ku..
Hari yang akan selalu
aku ingat tiap detiknya
Hari yang paling
membahagiakan untukku..
Kuharap untukmu juga..
Adalah hari pernikahan
kita ( 20 Februari 2010)
walau kini kita harus
berpisah,
aku tak pernah menyesal
pernah menjadi bagian indah dari hidupmu
jangan pernah mencoba
melupakan aku dan kenangan bahagia kita,
karena kau tahu aku
akan tetap mengingatnya, selamanya.
dan ketahuilah hari hari
terindah dalam hidupku,
adalah saat kau menjadi
istriku..”
-Ferdinan A-
Lyra mencoba mengingat
kenangan pahit itu lagi. Keputusannya lah yang akhirnya membuat Ferdi dengan
berat hati mengabulkan permohonan istri tercintanya saat itu. Lyra menyadari
keputusannya saat itu benar benar egois dan salah setelah Ferdi
meninggalkannya. Tapi yang juga Ia sesali, mengapa Ferdi juga menurutinya..
Malam menjadi kelam saat Lyra masih teringat kembali potongan
kenangan pahitnya bersama Ferdi. Namun tak mau terlalu lama larut dengan
kesedihannya itu, Akhirnya Lyra memutuskan untuk menyimpan kembali
kertas-kertas yang berisi kenangan indah dan kenaangan pahitnya itu ke dalam kotak
biru. Yaaah, ia akan tetap menyimpannya. Seperti kata Ferdi pada surat
terakhirnya itu bahwa walaupun akhirnya mereka harus berpisah, namun Lyra tak
pernah menyesal pernah menjadi bagian indah dari hidup Ferdi. Tak lama setelah itu, Lyra kembali tertidur dengan kerinduannya
akan sosok Ferdi di sisinya.
****
Lyra bangun kesiangan. Saat itu jam di dinding kamarnya sudah
menunjukkan pukul 06.30. Ia Cuma punya waktu 30 menit untuk bersiap dan
mengejar jadwal keberangkatan kereta petama pagi ini.
Dengan tergesah gesah akhirnya Lyra berhasil tiba di stasiun tepat
pada saat 1 menit lagi kereta akan berangkat.
“Huh..” .. Lyra mendesah lega
Setelah mengambil tepat duduk di dekat pintu kereta, Ia baru
bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Lyra
memutarkan pandangannya ke sekeliling gerbong kereta hanya untuk melihat
keadaan sekitar. Tiba-tiba mata Lyra menangkap sosok yang dikenalinya berjalan
ke arahnya- Vino.
Vino segera mengambil tempat duduk di samping Lyra. Seperti biasa
mereka akhirnya larut dengan perbincangan hangat seperti malam sebelumnya.
Vino memang sengaja berangkat naik kereta api lagi pagi ini, walaupun
bengkel tempat mobilnya direparasi sudah memberi tahu bahwa mobilnya sudah
selesai diperbaiki. Tapi, ia ingin
berangkat kerja bersama Lyra. Ia menikmati waktu berdua bersama gadis itu. Satu hal yang akhirnya baru disadari Vino
setelah tiga kali kebersamaan dirinya dan Lyra, bahwa di jari manis Lyra ada
sebuah cincin yang melingkar indah. Dan semua orang tahu bentuk cincin itu
seperti cincin pernikahan. Vino, gelisah tentu saja. Namun Ia belum berniat
menanyakan langsung hal itu kepada Lyra. Sekarang, Ia hanya ingin menikmati waktu
untuk lebih dengan sosok yang membuatnya tertarik itu.
Hampir tiap hari Lyra dan Vino berangkat kerja bersama. Tapi setelah
sampai di kantor, mereka berpisah. Yang Lyra tahu Vino bekerja di departemen
produksi. Ia sama sekali tak tahu bahwa Vino lah direkturnya.Vino adalah
Direktur Produksi Gerfon Company, Lyra masih tak menyadari itu, pun pada saat
Vino mengajaknya makan siang di kantin perusahaan, Lyra masih tak menyadari
banyaknya tatapan pegawai lain yang memperhatikan mereka. Lebih tepatnya
memperhatikan direktur produksi perusahaan tersebut.
Tak terasa sudah hampir satu bulan Lyra bekerja di Gerfon
company, tapi tak satu kalipun Ferdi mencoba menemuinya untuk sekedar menyapa
dirinya. Akhirnya Lyra menelan pahit pahit rindu yang membuncah di hatinya. Tak
mungkin Ia yang harus menemui Ferdi. Ia amat kecewa pada sosok yang masih amat
dicintainya itu. Sempat Ia berpikir mungkin saja Ferdi telah melupakan dirinya
untuk selama-lamanya. Tapi, untungnya perasaan itu tak sampai mempengaruhi
pekerjaan Lyra sama sekali, walau kadang kadang pernah Lyra memikirkan Ferdi
saat sedang bekerja, namun segera ia mengenyahkannya.
Selama hampir satu bulan itu pula Lyra dan timnya sibuk
membuat terobosan terjitu starategi pemasaran produk terbaru Gerfon company. Tak
berapa lama setelah peluncuran produk itu, sudah banyak sekali respon positif
dari konsumen. Lyra dan Timnya benar
benar tidak menyangka bahwa pada akhinya produk tersebut memperoleh keuntungan
yang gemilang dan kesuksesaan yang luar biasa.
Kerja keras dan kemampuannya benar benar tidak bisa diragukan lagi.
Tak kurang satu minggu lagi, Perusahaan Gerfon Company, akan
berulang tahun yang ke 48. Sudah dari seminggu yang lalu pula, Vino sibuk
mengajak Lyra untuk berangkat bersama ke pesta ulang tahun perusahaan itu. Dan Lyra
sudah menyetujuinya. Di malam pesta itulah Vino berencana akan mengatakan jati
dirinya kepada Lyra sekaligus menyatakan perasaan cintanya kepada gadis itu.
Vino sudah tak sabar menanti malam itu.
***
maksih readers uda baca cerbungku sampe chapter 6.
sekarang uda mulai masuk ke bagian cinta segitiga tokoh utama nih..
ehmm.. btw, yang lebih cocok ama Lyra menurut readers siapa? ferdi or Vino? jawab beserta alasannya yaa..
EmoticonEmoticon