Sore itu mendung di langit. Hujan yang tidak
terlalu deras baru saja reda. suasana sejuk masih begitu terasa, semilir
angin lembut bertiup masuk ke dalam jendela kamarku.
Sejenak ku memikirkan apa yang baru saja Ayah katakan kepada ku.
Lebih tepatnya apa yang ayah katakana tentang dia. Ingatan akan ucapan ayah
terlintas kembali dalam ingatanku.
“ dia pemuda yang sopan, , baik dan sudah mapan , nak“..
Dan saat mendengar itu aku tahu siapa yang ayah bicarakan dan mengarah
kemana pembicaraan ini..
“Dia teman SMA mu ya?” Tanya ayah antusias
Dan aku hanya mengangguk tanda membenarkan..
“ceritakan pada Ayah tentang dia..” pinta ayah dengan lembut..
Dan aku menghela napas panjang sebelum mulai bercerita pada ayah
tentang dia dan masa SMA ku..
“Tepatnya 7 tahun yang lalu, kami pernah menjadi teman satu
kelas selama lebih kurang 2 tahun.. dia teman yang baik, sopan dan soleh,
ayah..” kataku pelan,
setidaknya itu yang aku bisa nilai dari sosok yang sangat aktif
pada kegiatan rohis di SMA dulu..
“Ayah tahu, tapi apa hanya itu saja ?” ayah kembali bertanya
“Apa yang ayah harapakan dari ceritaku ini ?” tanyaku sambil
memandang ayah..
“Maksud ayah, cerita yang kau sampaikan terlalu standar nak..”
ayah berhenti sejenak “semua orang bisa bercerita tentang itu semua”..
Aku menghela nafas, “ ya Ayah, hanya itu, aku berhenti
sejenak sebelum akhirnya melanjutkan "tak terlalu banyak interaksi kami,
dia anak yang benar benar tahu cara berurusan dengan perempuan, termasuk
tentang menjaga pandangan.. “
“oooh..” seloroh ayah pura pura cuek kemudian melanjutkan “dan
kenapa putri ayah terlihat merona pipinya..?” Tanya ayah yang langsung membuat
pipi ku tambah merona..
Ayah memang pandai mengenali putrinya, atau aku saja yang tak
pandai menyembunyikan perasaan ini. perasaan yang tak biasa saat membicarakan
tentang dia.
Kembali ayah berkata, “dia pemuda yang baik nak”
“tadi saat kau ke dapur untuk membuat minuman, ayah banyak
bercerita dengannya, tentang pekerjaan, kesibukannya dan tentang mu..”
“Cara dia menceritakan tentang kamu, putri ayah, ayah tahu
ada sesuatu dalam matanya..Dia serius dengan mu, nak..” ayah berhenti
sejenak lalu menarik dan mengenggam tanganku lalu melanjutkan,
" ayah berkata padanya, saat dia datang lagi kesini, berarti
dia benar-benar serius terhadapmu nak..” kata ayah sambil menghela nafas
”Begitulah pembicaraan ayah saat kau tiba-tiba datang membawa baki minuman..”
Aku benar-benar terkejut dengan pengakuan ayah, ayah telah bicara
sejauh ini kepada dia, bahkan saat dia pertama kali bertamu ke rumah
ini..
Aku tahu dari samping ayah memandangku untuk mendapatkan respon
dan jawaban dari ku.. Aku hanya bisa menghela nafas, saat aku menjawab..
” ayah ini terlalu berlebihan utuk seseorang yang baru pertama
kali datang..” seru ku protes. "apakah setiap pemuda yang berkunjung
kesini akan ayah tanyakan hal serupa..?” tanyaku geram terhadap perkataan
ayah..
“Tidak nak..” jawab ayah cepat..
“Ayah tahu mana yang baik untuk putri ayah..” ayah
berhenti sejenak , “dan ayah melihat keseriusan pada diri pemuda itu..”
“ sudahlah ayah, pembicaraan ini sudah terlalu berlebihan..”
potongku cepat untuk mengakhiri dan meninggalkan ayah menuju kamarku.
****
Untuk tiga minggu berikutnya aku masih mengingat jelas apa yang
ayah katakan padaku, dan masih bertanya tanya, mengapa dia berkunjung ke
rumahku secara tiba-tiba. rasanya jika untuk say hi, terlalu berlebihan. semenjak perpisahan SMA 7 tahun lalu
kami bahkan sama sekali tak pernah saling sapa lagi. dia kuliah di pulau
yang berbeda dariku. dan sore itu aku benar benar terkejut saat membuka
pintu rumahku. dia hanya mengucapkan salam padaku sambil menanyakan kabarku .
sempat aku hanya terpaku di depan pintu, sampai aku akhirnya tersadar dan
segera mempersilakannya untuk masuk. saat mengingat kembali ucapan ayah sore
itu, dalam hati aku mengharapakan Sesuatu yang lebih, Sesuatu yang seperti ayah
katakan pada ku.
Hari terus berganti, aku sudah tenggelam dalam aktivitas dan
kesibukan baru ku, wisuda profesi ners sebulan yang lalu, telah membawaku
terdampar bekerja di suatu rumah sakit daerah di ibu kota provinsi sebagai
seorang perawat, walaupun masih bukan pegawai tetap, tapi aku bekerja dengan
giat menikmati aktivitasku yang baru.
Tidak terasa sudah empat bulan aku bekerja di sana, tenggelam
dengan aktivitasku sebagai seorang perawat, bertemu dengan pasien dan teman-teman
sejawat, melaksanakan tugas- tugas, dinas di malam hari sampai sampai aku
benar-benar lupa tentang perisitwa waktu itu. saat tanpa sadar, aku
teringat kembali akan hal itu dan menyadari tak ada kelanjutan dari peristiwa
waktu itu, dalam hati aku bertanya. "Sebenarnya apa maksud
kedatanganya sore itu?" hatiku kecewa, tentu. kalau saja dia
tidak berkunjung waktu itu, tidak akan ada harapan seperti ini di hatiku. “Aku
tidak mau hidup dalam harapan yang tak pasti" bisikku dalam hati dan
berniat melupakan sepenuhnya peristiwa sore itu.
Pagi itu saat aku pulang dinas jaga malam, ayah menelpon..
“ nak, lagi sibuk? Tanya ayah
“Tidak ayah, ada apa?” Tanyaku langsung
“kamu bisa pulang tidak sabtu ini?” kan sabtu ini hari libur tahun
baru islam..”
“ooh, tapi memang ada apa ayah..?” ayah tahu kan kalau bekerja di
rumah sakit tidak ada yang namanya hari libur..” jawabku panjang
“ ada acara keluarga nak..” usahakan datang yah.. bisa kan? Pinta
ayah
“akan ku usahakan ayah, sepertinya bisa karena aku belum pernah
cuti semenjak aku pertama bekerja..”
“Hubungi ayah lagi kalau kamu bisa ya nak..”
“Oke ayah..” jawabku mengkahiri..
Ternyata permintaan cutiku diterima, jadi aku bisa mudik untuk
acara keluarga. Walaupun hanya sampai hari senin, setidaknya ada waktu 2 hari
aku berada di rumah.. aku mengabarkan hal ini kepada ayah, segera setelah
permintaan cutiku diterima..
****
Perjalanan mudikku cukup melelahkan, bayangkan selama 8 jam aku
hanya bisa duduk di dalam mobil, berhenti hanya untuk makan siang..
Saat tiba sampai di rumah dan beristirahat sejenak, rasanya begitu
nyaman. Berada di rumah ku yang sebenarnya. Ketika pertama kali sampai aku
langsung menghamburkan pelukan kepada ibu dan mencium tangan keduanya..
Lalu aku bertanya pada ibu, “ bu sebenarnya ada acara keluarga
apa?” ibu tak menjawab apa apa, beliau hanya menjawab dengan senyuman..
Dan aku segera tahu saat hari esoknya tiba...
Ibu benar-benar sibuk memasak kue dan lain lain dan aku hanya bisa
membantu tanpa tahu untuk apa ini sebenarnya.
Siang berlalu dengan cepat, sore hari telah tiba, saat ayah
mengetuk pintu kamarku dan dan masuk seraya berkata..
“ ayah benar saat ayah mengatakan bahwa dia akan datang lagi
kesini dan saat dia datang lagi kesini berarti dia serius terhadap putri
ayah", sejenak ayah tersenyum dan melanjutkan "dia akan datang kesini
membawa keseriusan nak..”
Saat itu juga dengan segala kesadaran aku mencerna kata-kata
ayah.. “dia akan datang?” Tanyaku,
“siapa?” tanyaku pura-pura tidak tahu
“Sedang dalam perjalanan nak, bersiap-siaplah..” segera setelah
itu ayah keluar dan ibu masuk..
“Bu, apa maksudnya semua ini?” tanyaku
“Dia akan datang melamarmu nak.. dia sudah memintamu dengan ayah
seminggu yang lalu”
“Berarti ibu dan ayah sudah merencanakan semua ini?” Tanyaku
penasaran
“Seperti yang kamu lihat ..” seru ibu bersemangat
Sebelum aku bisa menjawab, ibu berkata, “tidak ada waktu lagi nak,
bersiap-siaplah dia sudah dekat..”
****
Iring iringan lamaran sudah tiba, aku melihat dari balik jendela
kamarku. Dia berada di tengah kedua orang yang aku kenali sebagai orang tuanya.
Dia terlihat benar benar rapi dan tampan dengan memakai stelan baju koko
dengan kain songket yang melingkar di pinggangnya.
“Dia benar-benar datang..” pekikku dalam hati, masih belum
bisa menerima kenyataan
Dia melangkah masuk ke dalam rumah, setengah dari rombongan
menunggu di luar.
Dari balik pintu kamarku, aku bisa mendengar keriuhan di
luar sana. Saat salah seorang dari pamanku menanyakan darimana dan sejak kapan
dia mengenalku. Sayup-sayup aku mendengar jawaban darinya..
“ pertamakali aku mengenalnya 7 tahun yang lalu, waktu SMA..”Jujur
aku katakan, ada perasaan berbeda saat pertama kali bertemu dan akhirnya satu kelas
dengannya, sikapnya, kelembutanya, kesolehaanya sudah benar-benar membuatku
berdoa dalam setiap sujudku, jaga dia untukku, sampai aku pantas untuknya, ya
Rabb..” keriuhan bertambah saat ucapan terakhir itu terdengar.. dan aku tidak
bisa mendengar apa-apa lagi..
Saat aku dimanta keluar, aku benar benar merasa gugup untuk
pertama kali dalam hidupku.. merasakan momen moment dilamar seorang, begitu
membuat jantungku berdegup kencang..
Ibu memegang tanganku, sambil melangkah menuju kearah ruang tamu..
perasaan gugup itu bertambah luar bisa saat aku tiba di ruang tamu. Saat mata
aku dan dia bertemu, dia tersenyum lembut memandangku.
Aku duduk di sebrangnya, di tengah tengah ibu dan ayahku. Saat
pertanyaan yang sama pada setiap lamaran ditanyakan pada ku, aku
benar-benar gugup dan belum segera menjawabnya, ku lirik dia di sebrang sana
masih diam menunggu jawaban dariku, akhirnya pertanyaan itu diulangi lagi..
“Bagaimana, apakah ananda Risya menerima pinangan putra kami
Ayas?” tanya ayahnya pada ku
menyadari kediamanku, dengan segera aku menjawab “ dengan izin
Allah, bismillahhirrahmannirrohim, aku menerima..”
seketika ruangan menjadi riuh oleh suara sanak keluarga ku dan dia
menyambut jawaban ku itu..
“Dan
begitulah, ketika Allah yang maha membolak-balikkan hati, allah yang maha
mengetahui rahasia hati setiap hambanya sekecil apapun itu.. mempertemukan dua
insan manusia dalam balutan cinta nan suci, cinta yang halal untuk
keduanya.. di setiap langkah yang kita tuju, di setiap doa yang kita panjatkan
ada jodoh kita yang telah disiapkan Allah.. berusaha itu perlu, dalam
artian berusaha menjadi insan yang lebih baik di mata Allah lah persiapan
kita sesungguhnya, usaha itulah yang mempertemukan laki-laki yang baik,
untuk perempuan yang baik pula.. ini bukanlah perkara kapan waktu tersebut akan
datang, tapi dengan siapa kita kan bersanding, yang berarti siapa kita saat
ini.. sudah siapkah kita menjemput jodoh kita? sebaik-baik diri kita itulah
jodoh kita.”
EmoticonEmoticon