#2 LOVE IN AUSSIE~Dewa Penyelamat



POV Qamira

Uda hampir 2 hari aku ngambek. Gak mau keluar kamar kecuali buat ambil cemilan. Papa dan Mama sepertinya belum sadar atas aksi mogok bicara sejak  deklarasi keiginanku untuk kuliah di Aussie dua hari yang lalu.

“iiih, Papa dan Mama nyebelin. Masa aku gak diizinin kuliah di Aussie. Sekarang malah sibuk ke rumah Tante Nisa. Ada apa lagi di rumah Tante Nisa?, kok kayaknya rame banget..” tanyaku dalam hati

Rasa penasaran itu menuntunku untuk menyibakkan tirai jendel kamarku yang memang berada di lantai atas tepat berhadapan dengan rumah Tante Nisa.


Tiba-tiba tubuhku membeku. Mata itu, mata yang sangat aku kenali.  Tengah menatap tepat ke jendela kamarku seolah-olah  sudah lama menantikan sang pemilik kamar untuk keluar. Atau dia menatapku?.

Dia tersenyum. Senyum termanis yang pernah aku lihat semenjak Ia pergi ke….. tunggu bukannya kak Zain kuliah di Aussie ya? berarti harusnya aku bisa meyakinkan Mama dan Papa bahwa ada Zain yang bakal ngejagain aku di sana nanti. Jadi  tak ada lagi yang  perlu dikhawatirkan.
Dari jauh ku dengar dia menyapaku..

“Hei dek Mira, apa kabar?” tanyanya dari seberang

Aku gelagapan. Masih shock karena bahagia atas kenyataan bahwa ada kemingkinan kuliahku bakal diizininkan. 

Aku tersenyum balik padanya. Senyuman yang ditujukkan kepada dewa penyelamatku—Kak  Zain.
“baik kak..” jawabku seadaanya. Mataku mencari cari ada yang berbeda dari dirinya. Matanya yang sudah memancarkan aura kedewasaan, tubuh yang sudah berisi dan terbentuk otot di sekitar deltoidny—tidak kurus seperti dulu, dan senyum yang bertambah manis.. 

Pointnya Ia bertambah manis, entah sejak kapan. Hingga aku tersadar bahwa Aku gak nanya balik kabar kak Zain  walau hanya sekedar basa-basi karena, karena saat ini pikiranku uda melayang ke suatu masa 14 tahun yang lalu. saat pemuda yang ada di depanku ini—kak Zain masih begitu berbeda.

Flasback on

Siang itu aku mengurung diri di kamar karena ini adalah jadwal tidur siangku. “Oh Mama, uda  kelas 2 SD masih ada aja jadwal tidur siang untukku..” rutukku dalam hati

“Temen-temenku yang lain pasti sedang bermain main saat ini”  Gumamku iri.

Tiba-tiba suara teriakan dari luar mengintrupsi kekesalanku dalam hati.
Ku sibakkan tirai jendela kamarku untuk melihat apa yang ada disana. Ternyata Tante Nisa tengah berteriak teriak mencari..

“heii Mira, apa kau melihat Zain,  sayang..? tanya Tante Nisa dari bawah

Aku menggelengkan kepala padahal aku melihat Kak Zain—yang saat itu sudah kelas 2 SMP tapi masih saja bandel kalau disuruh pergi kursus. Kak Zain berada tepat di bawah pohon dalam pagar rumahku—tempat favoritnya bersembunyi. Dan selalu aku yang memergokinya.
“sssssttt..” kak  Zain meletakkan satu jari telunjuknya didepan bibir sebagai tanda bahwa aku jangan sampai memberi tahu keberadaannya pada Tante Nisa. 

Tante Nisa berlalu masuk kembali ke rumah setelah capai mencari kak Zain keman mana.
Ku lihat  kak Zain tersenyum atas kerjasamaku yang telah menyelamatkannya dari Bunda dan kursus sialan itu.

Dia berjalan jalan mengendap ngendap keluar dari pagar rumahku untuk melarikan diri dan memilih bermain sepeda dengan teman-temannya yang telah menunggu di simpang kompleks. 

Si pemalas. Itulah julukan yang sangat cocok disandang oleh kak Zain. Tak terhitung lagi jumlahnya, aku melihat Ia “minggat” kalau ada jadwal kursus piano, Sains dll.

Tapi yang membuatku heran, walaupun kak Zain terlihat malas-malasan kalau diminta pergi kursus, tapi di kelas justru Ia lah bintangnya. Ia selalu juara kelas dari SD. Wow!! Apa aku kagum? Jawabnnya Tidak.. walau dia terlihat cerdas, tapi mengapa justru tampilan konyolnya saat mengendap ngendap dan kepergok minggat itulah, yang justru menepati memori terkuat dalam ingatanku.. hingga saat ini. 

Tapi..

semua itu telah sirna,saat ini  kak Zain yang ada  dihadapanku bukanlah kak Zain yang dulu. Ia terlihat sudah begitu dewasa untuk terlihat konyol ataupun untuk dijuluki ‘si pemalas’ lagi..

Falshback Off

“Qamira Nafisah kok melamun? “ tanya kak  Zain dari seberang

Aku gelagapan,  entah sudah berapa lama aku tertangkap melamun di depannya. Melamunkan dirinya pula..

“Ooh eehm..” hanya suara gumaman itu yang berhasil lolos dari bibirku..

“ya udah deh, gak perlu dijawab, nanti malam datang ya ke rumah kakak, Bunda ngadain syukuran..” ucapnya santai.

“kakak masuk dulu..” pamitnya padaku

____________


WAIT NEXT CHAP ya.. :*


NEXT :


EmoticonEmoticon