Inilah saat pertama Lyra memasuki ruang
kerjanya, di ruang tersebut ada lima meja kerja yang saling berhadapan pada
kedua sisinya. Di dalam ruang ini pula
ada sebuah pintu yang bertuliskan manajer bisnis dan marketing, -Bayu Nugroho-“.
Di samping pintu itulah meja kerja Lyra, yang diatas mejanya sudah ada papan
nama yang bertuliskan “ Lyra Darmajaya—Asisten Manajer bisnis dan marketing”
meja itu masih kosong. Hanya ada tempat map dan seperangkat Komputer yang Lyra
tahu keluaran terbaru dan belum pernah digunakan. Di belakang mejanya ada
sebuah jendela dengan tirai yang terbuka dan tertutup hanya dengan menarik tali
di sampingnya. Segera Lyra menuju Mejanya, dan duduk. Ia memandang ke arah jendela,
dilihatnya pemandangan ibu kota dengan segala kesibukannya. Dari lantai 24 ini,
ia begitu mudah mengamati keadaan diluar sana. Rupanya ia mulai menyadari
kekosongan ruangan ini, Lyra meengamati meja kerja rekan rekannya yang antara
lain Melani, Prisil, Rio dan Reymond semuanya bertulikan "Staff" tapi mereka
semua tidak ada.
“Kemanakah mereka?” Tanya Lyra bingung
Dari balik pintu ruang pak Bayu,
Lyra mendengar suara yang segera ia sadari itu adalah suara rekan rekannya.
Lyra segera berjalan menuju pintu, dengan gugup diketukya pintu itu. Benar
saja, semua rekannya ada disana dan pak bayu ternyata sedang memberikan
pengarahan singkat kepada mereka. Saat Lyra
membuka pintu Semua mata diruangan itu tertuju padanya, dengan segera lyra
menyela
“ permisi, maaf pak tadi saya dari toilet..” seru Lyra berbohong. Dan
segera setelah itu semua fokus kembali dengan arahan yang disampaikan pak bayu.
Dari Arahan yang disampaikan pak
bayu, Lyra tahu bahwa mereka tim yang baru dibentuk. Sebenarnya departemen
bisnis dan marketing perusahaan Gerfond Company sudah ada dan tengah mengerjakan proyek besar
yang lain, namun karena ada proyek baru
dan Gerfond Company memerlukan ide-ide cemerlang dari para fresh graduate,
dibentuklah tim bisnis dan marketing yang baru. Yang dijuluki tim junior karena
semua stafnya adalah fresh graduate.
Hari pertama bekerja ternyata
di luar prediksi Lyra. Ia benar benar sibuk merencanakan strategi marketing
produk tapi untuk mematangkan strateginya, Lyra dan Timnya akan meninjau
langsung produksi dan desain kemasannya yang akan dilakukan besok pagi.
Akhirnya waktu makan siang sudah
tiba, Lyra dan teman se Timnya berjalan menuju kantin perusahaan yang berada di
lantai 20. Sesampainya disana Lyra dan teman temannya memilih tempat duduk di
pojok yang paling dekat dengan tempat dimana makan siang berada. Suasana kantin
begitu ramai. Sepertinya semua pegawai makan dijam yang sama. Terlihat adanya
antrean di tempat makanan. Konsep kantin ini tentu saja mengambil sendiri
makanan yang diinginkan dimeja panjang yang telah disedikan.
Di samping meja
itu, ada kasir yang akan menghitung makanan apapun yang diambil. Sebenarnya
Lyra tidak biasa membeli makanan yang ada di kantin kantin. Ia menyiapkan dan
membawa bekal sendiri. Kebiasaanya itu sudah ada sejak ia menjadi mahasiswi,
terutama sejak ia hampir saja terserang penyakit infeksi yang banyak
menjangkiti mahasiswa yang sering makan sembarangan dengan pola hidup yang
tidak sehat. Sejak saat itulah ia memasak dan membawa bekal makan siangnya
dikampus. Tetapi lain untuk hari ini, Lyra sengaja tidak menyiapkan bekalnya
karena terlalu bersemangat pergi ke tempat kerja di hari pertamanya. Tapi lidah
dan selera makannya tetap setia pada masakannya sendiri yang selain dijamin
kebersihan dan kehalalannya juga rasanya yang selalu tak pernah tidak
disukainnya. Ia juga bingung kenapa Ia tidak pernah bosan dengan masaknnya
sendiri. Setelah mencicipi makanan dikantin ini, Lyra bergumam dalam hati,
berarti besok dia akan membawa bekal makan siang. Lyra tidak merasa menyukai
makanan dikantin perusahaan ini.
Ditengah makan siang, melani
membuka percakapan.
“ aku gak nyangka banget kalau pak ferdi itu so cool, keliatan banget dia itu jenius,
elo gak ada apa-apanya deh rey..” sindir
melani yang langsung ditanggapi serius oleh reymon..
” hah? Tapi gak apa apa deh, yang
penting gue jauh lebih muda dari dia..” balas reymond.
“Emang umur pak ferdi itu berapa”
Tanya Prisil dengan begitu bersemangat.
“ yang jelas diatas tiga puluh
tahun..” jawab rio dengan analisa yang sok tau nya..
Lyra yang sedari tadi menyimak
obrolan teman temannya langsung nyeletuk tanpa
ia sendiri sadari, “ dia hanya 2 tahun lebih tua dari kita..”
“HAH!” seru keempat temannya.
Begitulah akhir obrolan mereka.
Satu kenyataan yang baru ke empat teman Lyra sadari bahwa pak Ferdi baru 28
Tahun dan sudah menjadi direktur eksekutif perusahaan sekelas Gerfond Company.
young on top. Hello bung, ini jamannya anak muda yang memimpin.
EmoticonEmoticon