Untuk beberapa saat lamanya tak ada yang bersuara, hanya
helaan nafas kedua nya saja yang terdengar, pandangan mata Lyra dan Ferdi
begitu menyiratkan perasaan mereka. Perasaan kedua orang yang sudah lama tidak
bertemu. Perasaan rindu yang teramat sangat hingga tak menyadari keberadaan
Vino yang diam diam menyaksikan suasana yang tak biasa di sana.
“Ehm ehm..” terdengar suara vino memecah keheningan antara
ferdi dan Lyra. setelah mendengar suara batuk yang memang disengaja oleh Vino itu, barulah keduanya tersadar. Lyra memandang penuh arti pada sosok dihadapannya tanpa sedikitpun menengok ke arah Vino. segala macam perasaan berkecamuk di benakknya. Ia sudah mengira hal ini memang akan terjadi cepat atau lambat. karena faktanya, Ia bekerja satu perusahaan dengan Ferdi. namun, satu hal yang mengganggu pikiran Lyra bahwa direktur eksekutif perusahaan tempat ia bekerja dan sekarang sedang berhadapan dengannya
adalah seseorang yang dahulu pernah sangat dekat dengan dirinya, tapi kini entah
mengapa Lyra merasa jauh. Dia sedang berusaha menghilangkan bayangan Ferdi yang
jelas jelas tahu keberadaannya di perusahaan itu tapi sepertinya Ferdi tak
sama sekali punya niat untuk menemuinya. Lyra merasa lebih dari kecewa. Sedangkan
Ferdi sendiri, merasa belum siap bertemu Lyra, wanita yang masih sangat Ia
cintai. Ferdi tengah memilih waktu dan suasana yang tepat. Yang
jelas bukan sekarang. kejadian Ini tak diduganya sama sekali.
Saat itulah keheningan dan kecanggungan keduanya berangsung
angsur mulai memudar. Vino dengan sigap menyapa Lyra.
"Lyra?" "Ada apa?" Tanya Vino sembari melihat dokumen yang ada di
tangan Lyra
"Ooh, eeh ini saya hanya mau sekedar mengantarkan laporan
kerja Tim bisnis dan marketing junior".. jawab Lyra
"Ooh kalau begitu letakan saja di sana".. perintah Ferdi tanpa
mengalihkan pandangan matanya sedikitpun dari gadis itu.
Lyra berjalan menuju meja kerja Ferdi, jarak mereka kini
begitu dekat. Ferdi dan Lyra sama sama bisa mencium aroma parfum yang sudah sangat
familir bagi keduanya. menyadari hal itu, tentu saja lyra merasa tak nyaman dan memilih untuk segera beranjak pergi meninggalkan ruangan ini.
“terima kasih dan selamat atas kesuksesaan starategimu..”
seru Ferdi masih dari balik meja kerjanya.
“Terima kasih kembali pak, permisi..” balas Lyra
Melihat lyra hendak berjalan keluar dengan ekspresi yang
sungguh sangat sulit terbaca, Vino merasa bahwa sikap Lyra menjadi seperti itu
karena penyamarannya selama ini sudah terbaca oleh Lyra. tentu Vino merasa harus segera menjelaskan yang sebenarnya kepada gadis itu. mana mungkin ia bisa mengelak lagi, dengan penampilanya saat
itu yang mengenakan jas abu abu dan bukan kemeja putih yang ia biasa kenakan ketika
bertemu Lyra. ditambah lagi, situasinya pun mendukung, saat ini ia tengah berada di ruangan
Ferdi pula. “Mana mungkin seorang karyawan biasa bisa dengan santai berada di
ruang seorang direktur, kalau dia sendiri bukan seorang direktur..” pikir Vino
dalam hati.
Tak ingin membuang banyak waktu dan tanpa memikirkan fakta bahwa Ferdi berada di sana, dengan segera Vino berseru, “Lyra tunggu aku, kita bisa
keluar bersama, ada yang ingin ku bicarakan padamu..” pinta Vino pada Lyra.
Mendengar suara Vino, lyra segera melirik kearah seseorang
yang memanggilnya tersebut. Ia baru menyadari ada yang berbeda dari penampilan
Vino dan mengapa Vino bisa ada di ruangan ini serta terlihat jelas hubungan Vino
dan ferdi bukan atasan dan bawahan. semua nampak begitu jelas kini, akhirnya Ia
menyadari satu hal, Vino juga seorang eksekutif perusahaan Gerfon Company, dan
Ia baru menyadarinya. “Ooh tidak, Vino membohonginya..” gumam Lyra dalam hati
Tak mau ambil pusing dengan keadaan tersebut, Lyra yang
tadinya sempat berhenti sejenak setelah dipanggil Vino kini dengan mantap
melangkahkan kakinya keluar. Baginya tak ada yang perlu didengar lagi dari Vino.
situasi yang baru saja ia alami sudah sangat rumit, terutama saat dia bertemu
dan bertatapan langsung dengan Ferdi yang sudah 5 tahun tidak berjumpa dengan
dirinya, dan sekarang ditambah pula kenyataan bahwa Vino telah membohonginya serta dengan sengaja
menyembunyikan identitasnya. akhirnya Lyra lebih memilih untuk meninggalkan
ruangan ini sesegera mungkin.
Melihat hal tersebut, Vino dengan segera mengejar Lyra dan
menarik tangannya..
“please Lyra dengarkan penjelaskan ku..” pinta Vino
Langkah Lyra terhenti, Ia ingin berbalik dan melepaskan genggaman
tangan Vino, saat itulah, matanya bertatapan dengan Ferdi. Ia sama sekali tak
bisa membaca ekspresi di wajah ferdi. “Apakah Ferdi cemburu?” tanya Lyra dalam
hati
Menyadari situasi yang sama sekali tak diinginkannya ini,
Lyra segera melepaskan genggaman di tangannya dan dengan tergesa gesa
meninggalkan ruangan ini. Meninggalkan Vino yang hanya bisa membeku di
tempatnya. Meninggalkan Ferdi dengan sejuta ekspresi yang sama sekali tak bisa
di bacanya.
****
Ditunggu yah chapter selanjutnya,
EmoticonEmoticon