Setelah tak Bersama. Chapter 4


Hari yang begitu melelahkan bagi Lyra. Hari pertama bekerja dan hari pertama kali pula ia bertemu kembali dengan sosok yang dirindukannya selama lima tahun ini, Ferdinand Alpath.

Tepat jam 7 malam Lyra tiba di apartemenya, inilah apartemen yang ia beli dengan keringatnya sendiri. Semasa kuliah Lyra adalah penulis yang aktif di sebuah majalah bisnis dan honor menulisnya inilah yang ia tabung selama lima tahun. Hingga saat ia pulang kembali ke Indonesia,  Lyra langsung membeli apartemen ini walaupun dengan cara mencicil. Untuk saat ini, lyra harus focus untuk melunasi cicilan apartemennya ini, oleh karena itu ia belum berhasrat untuk membeli mobil.
Segera setelah membuka pintu apartemennya yang bernomorkan 122, Lyra segera menuju dapur untuk menuangkan segelas air putih, dengan segera ia meminumnya kemudian bersiap mandi dan istirahat.

Rupannya mata lyra berkehendak lain, ia belum ingin tidur, masih begitu jelas sosok yang dirindukannya, Ferdinand Alpath terbayang kembali diingatannya. Ia teringat kembali saat ferdi menantapnya langsung dari depan podium. “Yaah, dia harusnya tahu bahwa itu aku”, pikir lyra dalam hati. Lyra tak tahu apa yang dirasakannya, rindu yang mengecewakan tentu saja. Mengapa Ferdi tidak menyapanya, mengapa Ia hanya berlalu entah pergi kemana setelah ia melihat Lyra. Rasa sesak tiba tiba menghampiri Lyra. Tanpa sadar ia berjalan menuju meja kerjanya dan megeluarkan sebuah kotak dari dalam laci. Kotak yang berwarna biru, yang sudah berapa lama tidak dibuka nya.
Di bacanya lembar demi lembar tulisan dari dalam  kotak itu.. mau tak mau Lyra teringat kembali moment terindah dalam hidupnya lima tahun yang lalu.

“hari ini tepat satu bulan sejak pertama aku melihat mu, berlari menuju pohon untuk berlindung dari hujan di depan perpustakaan. Hanya kita berdua di bawah pohon itu. Aku lihat kau tersenyum, senyum yang segera menghangatkan hatiku ditengah terpaan angin yang dingin sore itu dan sejak saat itu aku sadar engkaulah duniaku..”
From your secret admirer,
-Ferdinand A-

Lyra membaca bait demi bait kata kata romantis ferdi untuknya yang sengaja di selipkan ferdi di buku yang hendak ia pinjam di perpustakaan.  Entah bagaimana akhirnya ferdi berhasil membuat Lyra menyadari keberadaan dirinya dari surat tersebut.

“ setiap hari aku selalu jatuh cinta lagi dan lagi pada seorang gadis, dan itu adalah kamu, Lyraisha Darmajaya..”
-Ferdinand A-

Kembali Lyra membaca tulisan tangan Ferdi untuknya sebuah ungkapan cinta setiap hari yang Ferdi selipkan di keranjang sepeda Lyra, lengkap dengan setangkai bunga yang ia petik dari taman samping ruang kuliah, entah itu mawar, melati, bunga matahari dan lain lain, apapun jenis bunga yang sedang mekar di taman itu.

“selamat Ulang tahun ke 19, sweetheart.. you’re be Mine and I am yours..”
“Diner di rumah aku aja ya.. ada masakan special aku untukmu..”
-Ferdinand A-

Ini adalah ulang tahun pertama Lyra sejak Ia mengenal Ferdinand, kakak tingkatnya di jurusan dan fakultas yang sama, Bisnis dan Management. Saat itu Lyra masih semester 2 dan Ferdi sudah semester 6. Hari itu, ferdi sengaja tidak masuk kuliah, sejak pagi Ferdi sibuk menyiapkan dinner special yang ia masak sendiri. Dan saat Lyra datang kerumahnya, Ia begitu surprise menyadari Ferdi memasak makanan di hari Ulang tahun nya. Walaupun dari segi rasa, masakan Ferdi Jauh dari sempurna namun kebersamaan mereka malam itu dan kesungguhan Ferdi untuk memasak di dapur lah yang membuat Lyra tersentuh. Untuk ukuran orang yang sangat benci dan alergi berada di dapur, Ferdi telah membuatnya tersentuh dengan segala kesungguhan hatinya untuk melawan rasa bencinya itu. 

Berbeda sekali dengan Lyra yang amat gemar memasak. Lyra semakin larut akan suasana indah lima tahun yang lalu, suasana kebersamaan dengan sang kekasih. Suasana indah saat mereka baru saling mengenal, saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah.
Membicarakan soal menikah, tak banyak orang berpikiran sama dengan Lyra dan Ferdi. Mereka menikah benar benar d iusia muda. Saat mahasiswa masih sibuk dengan urusan kampus dan organisasinya, Lyra dan ferdi justru mengambil langkah tegas dengan segera menikah setelah yakin rasa cinta yang dirasakan keduanya begitu indah.  Tapi, pernikahan itu bukanlah karena si wanita tengah hamil, namun karena mereka benar-benar saling mencintai. Jadi tunggu apa lagi? Bukankah niat yang baik harus dilaksanakan segera?

Saat itu tepat di hari ulang tahun Lyra yang ke 20 tahun, 12 Februari 2010, Ferdi melamarnya. Lamaran indah yang begitu sederhana.

Sore itu, Ferdi sengaja mengajak Lyra ke sebuah taman yang terletak di belakang kampusnya. Sengaja ferdi mengajak Lyra ke taman belakang yang relative lebih sepi dan terawat dibanding taman depan kampus yang terlalu banyak di kunjungi mahasiswa. Di taman itu, ada sebuah danau buatan yang indah, di tengahnya terdapat tugu air mancur yang begitu kokohnya. Danau itu di kelilingi oleh rumput rumput yang terawat. Saat tiba di taman itu ferdi mengajak Lyra duduk di depan danau mengamati riak gelombang air danau karena terpaan angin, tak berapa lama, ferdi berbaring di rumput itu, melihat itu Lyra langsung mengikuti Ferdi. Sejenak mereka terdiam, menarik nafas dengan begitu dalamya merasakan suasana indah saat matahari hendak terbenam. 

“pejamkan matamu..” pinta ferdi kepada Lyra
Setelah melihat lyra memejamkan matanya, seketika itu ferdi menjentikkan jari sebelah kirinya, dan saat itulah ferdi bergumam..

“buka mata sweetheart, dan lihatlah ada apa di langit..”  pinta ferdi kepada Lyra..

Seketika lyra membuka matanya dan menyaksikan segeromnolan balon warna warni yang menerbagkan kertas besar yang bertuliskan WILL YOU MARRY ME, Lyra..”?

Seketika itupula pipi Lyra bersemu merah, diliriknya sosok yang ada di sampingnya, saat itu Ferdi mengeluarkan sebuah kotak yang dilapisi bulu beludru yang indah, Dikeluarkannya cincin Indah itu sambil berkata..

“Hari-hariku biasa-biasa saja, sampai pada saat aku bertemu denganmu..
Kau sepenuhnya mengalihkan duniaku, mengubah hal biasa menjadi luar biasa
Menjadikan langkahku indah dalam setiap harinya,  kaulah akhirku..
Bersediakah kau menjadi istri dan ibu dari anak-anaku..?” Ucap Ferdi dengan lembut menunggu jawaban Lyra..

Di balik kelembutan itu ada rasa cemas di hati Ferdi. Diliriknya sosok di sampingnya itu, terlihat Lyra sedang terlihat Berpikir keras untuk menjawab lamaran Ferdi padanya. Dan sungguh itu membuat jantung ferdi berdetang mungkin beribu kali lebih cepat dari biasanya.. dan iy=tu memang sengaja Lyra lakukan, untuk membuat Ferdi harap-harap cemas.

Keheningan menyelimuti mereka.. saat suara Lyra memecah keheningan itu, ditatapnya sosok lelaki di hadapannya, sambil berkata, “ akuu.., akuu tidaak..” suara lyra terputus, membuat Ferdi bertambah yakin bahwa Lyra akan menolak Lamaran darinya.. muka Ferdi pucaat.

“akuu, tidaakk perlu berpikir panjang untuk menerimamu, Ferdi..” lyra diam sesaat, “ selama 6 bulan kebersamaan ini aku tahu jawabanku melebihi dari sekedar kata ya..”

Ferdi benar benar terkejut, hingga Ia melupakan untuk memasang cincin yang telah ia siapakan tadi..

“kau tak kan memasangkan cincin itu untukku?” tanya Lyra untuk menyadarkan Ferdi dari keterkejutannya, lalu melanjutkan, “apa aku harus memasangnya sendiri?” Goda Lyra kepada Ferdi..

Saat Ferdi tersadar dengan godaan Lyra kepadanya, ia tersenyum lembut pada Lyra, lalu bergegas memasangkan cincin di jari manis kekasihnya itu, sambil berkata, “Ingatlah hari ini, saat aku memasangkan cincin ini di jari manismu, dan hanya aku satu satunya yang pernah..” gumam Ferdi dengan lembut..

Begitulah, salah satu hari paling indah dalam hidup Lyra, sebelum akhirnya Ia tersadar dan kembali dari kenangan terindah lima tahun yang lalu. Kemudiaan diliriknya kertas berwarna biru yang ada di gengaman tangannya, kertas terakhir dalam kotak itu yang belum dibacanya, kertas yang membuatnya hampir selalu menangis di setiap malamnya saat Ia membacanya kembali. Lyra benar benar merindukan sosok itu, Ferdinand Alpath. Sampai ia tak sadar telah tertidur di meja kerjanya.

****

Oke guys, tunggu kelanjutannya yaa.., btw, apa sih tulisan yang ada di kertas biru itu hingga membuat Lyra menangis setiap ia membacanya.? Wait next chapter.. #Peluk Cium ku untuk para Readers

Selanjutnya : Setelah tak Bersama Chapter 5


EmoticonEmoticon