****
Dengan hati berbunga-bunga ferdi mengurus semua keperluan
check out Lyra dari Rumah sakit termasuk membayar semua biaya tagihan
perawatannya. Keputusan telah mereka sepakati. Sebelum berangkat ke apartemen
Ferdi, mereka memutuskan untuk mengambil beberapa perlengkapan yang mungkin
Lyra butuhkan di apartemennya. Saat itu Lyra masih perlu di papah karena ia
menolak untuk menggunkan kursih roda yang ditawarkan perawat.
Akhirnya mereka tiba di apartemen mungil Lyra. Tepat di nomor
122, mereka berhenti. Lyra memasukkan kode apartemennya. Dari samping ferdi
megamati kode angka yang Lyra tekan. 200210, angka yang sangat familiar dan
penuh kenangan bagi mereka berdua..
“ya, tanggal pernikahan kita..” kata Lyra seolah tahu apa
yang ferdi pikirkan
“aku juga memikirkannya tadi, bagaimana bisa?, maksudku setelah
5 tahun dan kau masih memakai tanggal itu..?” tanya ferdi penasaran dengan
jawaban lyra
“aku hanya tak bisa melupakannya. tunggu, apakah kita harus
membahas ini sekarang?..” tolak Lyra sembari masuk ke apartemennya.
“Oke baiklah aku mengerti, ada yang bisa saya bantu nona?”
tanya ferdi dengan tatapan menggoda, berusaha untuk mengalihkan topic
pembicaraan
“banyak sekali, peratama-tama, tolong papah aku menuju kamar
mandi..”pinta lyra sopan
“dengan senang hati sweetheart..” jawab ferdi sumbringah
****
Dengan dipapah ferdi, Lyra berjalan menuju kamarnya. Ferdi
terlihat tak yakin untuk memasuki sebuah ruang yang Ia yakini adalah kamarnya
Lyra, tapi Lyra sepertinya tak masalah dengan hal itu. tak beberapa lama,
akhirnya mereka tiba di depan pintu kamar mandi.
“oh ya, kalau kau membutuhkan bantuan, apapun itu, panggil
saja aku. Aku disini memang untukmu..” tawar ferdi dengan ramah
“jangan khawatir, aku akan menunggu diluar..” tambah ferdi
Lyra ternyata cukup lama berada di kamar mandi, dari suara
air yang di dengarnya, ferdi amat yakin Lyra memutuskan untuk membasahi
tubuhnya dengan shampoo dan sabun.
Sebelum memutuskan
untuk keluar, ferdi mengamati sekeliling kamar Lyra. Di pojok kamar ada sebuah
meja kerja. Matanya seketika tertuju pada sebuah foto kecil berbingkai. Foto
itu adalah foto pernikahan mereka 5
tahun yang lalu. Ferdi memakai jas hitam dan Lyra dengan kebaya putihnya. Foto
itu diambil saat akad nikah mereka. tak pernah ada foto mereka berdua di
ballroom hotel mewah, karena mereka sepakat untuk menunda resepsi pernikahan
tak seperti pasangan lain pada umumnya. Seketika ferdi menyesal, dalam hati ia
berbisik “sweetheart, kalaupun ada wanita yang akan menemaniku sampai ke
resepsi nanti, itu pastilah dirimu..” tekad ferdi dalam hatinya
Berada di kamar Lyra seorang diri, membuat Ferdi merasa tak
nyaman. akhirnya ferdi memutuskan untuk keluar. Dengan waktu menunggu yang ia
miliki, Ferdi memutuskan untuk berjalan-jalan di sekeliling apartemen Lyra. Ruang pertama yang ia masuki adalah sebuah
ruang tamu yang menyatu dengan sebuah ruang yang bisa disebut ruang keluarga.
Dengan sekat pemisah berupa meja bar kecil,
ferdi sampai di dapur mini milik Lyra. Melihat dekorasi dapur ini, tiba tiba ferdi
teringat, sekelebat kenangan dirinya dan Lyra saat memasak berasama di dapur
mereka dulu.
Lamunannya segera tersadar, ketika Lyra tiba-tiba muncul dari
arah dapur, Lyra tahu bahwa ferdi sedang bernostalgia akan kenangan mereka
dahulu, itu terlihat jelas dari ekspresi wajah ferdi yang secara tak langsung
mengatakan Di dapur-mini-ini-kami-pernah-memasak,-bercanda-dan-tertawa-bersama.
Tapi Lyra memutuskan untuk tidak ikut bernostalgia dengan apapun itu, selama
punya waktu sendiri di kamar mandi tadi, Ia sudah bertekad dalam hati, tidak
ada romantisme, tidak ada yang namamnya jatuh cinta lagi..
“Fer, aku sudah
selesai berkemas..” ucap Lyra cuek
“oke, sweetheart, kita akan segera meluncur ke apartemenku,
siap?..” tanya ferdi dengan penekanan kata siap..
“Sure, Mr Ferdi..”
****
Perjalanan menuju apartemen Ferdi membutuhkan waktu 25 menit.
Perjalanan itu hampir akan terasa seperi perjalanan dua orang asing yang tak
saling mengenal kalau saja ferdi tak mulai bersuara..
“are you okay sweetheart..?” tanya ferdi menyadari
ketidaknyamanan Lyra
“tentu, oooh emm, maksudku tidak terlau..” jawab Lyra jujur
“ya, aku sudah melihatnya, kenapa? Maksudku apa kau tidak
percaya denganku?..” tanya ferdi
“tentu bukan begitu maksudku, ayolah fer, harusnya kau
mengerti..” ucap Lyra
Dalam hati ferdi berbisik, “inilah yang namanya wanita, apa
susahnya langsung saja mengatakan yang sebenarnya, mereka memang selalu ingin
bermain teka-teki dengan para lelaki..”
Ferdi menghela nafas sejenak atas apa yang dipikirnnya
barusan, sekarang Ia benar-benar bingung harus mengatakan apa di depan Lyra,
melihat hal itu Lyra dengan segera bergumam
“Kau tak perlu mengatakannya langsung jika itu membuatmu tak
nyaman..” Lyra diam sejenak kemudian melanjutkan “ aku.., maksudku kita, sudah
bukanlah siapa-siapa, mana ada orang yang masih akan bersedia di rawat oleh
mantannya dan bahkan tinggal di rumahnya seperti diriku..”
“Jadi harusnya kau tahu bagaimana perasaanku..” ucap Lyra
mengakhiri
“oh ayolah Lyra, kau tahu, kau tak sengaja telah menyakiti
hatiku dengan mengatakan kita bukan siapa-siapa..” jawab ferdi
“merasa tak nyaman kah? jangan pernah mengatakan hal itu di depanku,
karena bagaimana kau bisa merasa tak nyaman di saat hati ku bahkan bisa lebih
dari nyaman saat berada di sampingmu..” ucap ferdi Lirih sambil terus serius
menyetir mobil. Untung jalanan yang mereka lewati tidak begitu padat.
Mendengar jawaban ferdi, Lyra merasa menyesal telah
mengungkapkan perasan nya yang tak beralasan tadi. “Harusnya aku hanya perlu mengucapkan terima kasih” gumam Lyra
dalam hati
“maafkan aku fer, terkadang mengacaukan suasana sepertinya sudah
menjadi keahlianku..” jawab Lyra dengan mimik muka yang dibuat menyesal luar
biasa
Mendengar lelucon yang diucapkan Lyra, ferdi tersenyum
sumbringah..
****
Akhirnya mereka tiba di depan pintu apartemen ferdi. sebuah
apartemen mewah dan berkelas di kawasan elit. Harusnya Lyra tak lagi heran
melihat hal ini, mengingat keluarga ferdi bisa dikatakan keluarga yang lumayan
terpandang di kota ini, “siapa yang tidak
mengenal keluarga Alpath dengan segala bisnis dan property yang dimilikinya?”
Ucap Lyra dalam hati, belum lagi status dan saham atas nama ferdi di Gerfon
Company.
Tapi beginilah ekspresi Lyra saat ini, dia masih juga
tercengang, melihat kemewahan yang berhasil ditangkap matanya, setelah ferdi
membuka pintu apartemennya.
“Apa aku harus menggendongmu untuk masuk ke dalam Lyra?”
Tanya ferdi dengan senyum menggoda.
“Ehmmm.. “ jawab Lyra seadanya sambil melangkah canggung ke
dalam apartemen itu.
“Apa kau butuh sesuatu, sweetheart?” Tanya ferdi setelah Lyra
duduk disebuah sofa panjang depan televisi.
“Ehmm, sekarang aku butuh untuk berbaring, tubuhku terasa
lelah sekali. Bisakah aku mendapatkan tempat tidur sekarang?, maksudku dimana
aku tidur malam ini..?”
“Disampingku..” gumam ferdi dalam hati. Ingin sekali
ia mengatakannya.
“Di kamar utama, sini biar ku antar”. Jawab ferdi akhirnya
“Kamar utama? Maksudmu dikamarmu?” tanya Lyra heran
“ehmmmm, iya. kamar tamu di apartemen ini tidak mempunyai
toilet di dalam. Jadi Aku pikir kau lebih baik disana, karena akan lebih mudah
untukmu tentunya..”
“Oh ya, jangan khawatirkan aku. Pakailah kamarku saja..” ucap
ferdi menambahkan..
Lyra tak bisa mendebat hal itu sekarang, tubuhnya masih
begitu lelah, yang ia butuh saat ini hanyalah istirahat. Akhirnya ferdi
mengantar Lyra ke kamarnya..
Karena terlalu lelah, Lyra sama sekali tak memperhatikan sekeliling
kamar itu, saat ia tiba di tempat tidur, Ia langsung berbaring dan hendak
segera menutup mata, sebelum akhirnya ferdi mengatakan
“Ada aturan selama di rumah ini..” gumam ferdi lembut namun
tegas
Suasana senyap seketika. Lyra hanya bisa terkejut mendengar
ferdi mengucapkan hal itu. mulutnya tercekat, ingin bersuara tapi tak bisa
“jangan pernah ada kata canggung dan tak enak. Ini rumahmu,
lakukan hal yang kau suka, yang kau inginkan dan yang kau mau, sweetheart..”
“Maaf mengenggu istirahtmu, selamat berisitrahat, nanti aku
bangunkan untuk makan malam..” jawab ferdi mengakhiri dan segera melangkah
keluar kamar itu.
Lyra hanya bisa menganggukan kepalanya, dan tiba-tiba rasa
kantung segera menghampirinya.
****
Lyra terbangun dengan rasa lapar yang mendera. Ia mulai
menggerak gerakkan matanya dan dari samping tempat tidur dengan samar-samar ia menangkap
sosok ferdi tengah duduk di kursih samping tempat tidurnya sambil memandanginya
penuh arti.
Lyra masih setengah sadar saat itu, Ia pikir Ia sedang
berhalusinasi akan kehadiran ferdi di sampingnya kini, namun suara ferdi
menegaskan kenyataan bahwa Ia tidak sedang berhalusinasi. Ferdi pasti
memandanginya saat sedang tidur barusan, sama seperti yang sering ia lakukan
ketika mereka bersama dulu.
“Sudah bangun? Makan malam sudah siap..” ucap ferdi
menandakan bahwa ia nyata.
“sungguh? Aku akan bersiap terlebih dahulu ferd. thanks..”
ucap Lyra canggung..
“oke, aku tunggu kau di meja makan..” ucap ferdi, dengan
menyunggingkan sebuah senyuman penuh
arti. Dalam hati Ia bergumam, “it’s time
to make a great moment with you sweetheart..”
[“betapapun
kau tak mengharapkanku kembali, aku akan tetap mengejarmu bahkan bila aku harus
meluluhkan hatimu lagi seperti saat pertama kita bertemu dulu..”].
****
sorry, uda lebih dari 2 minggu, author gak
posting, cz tugas kuliah lagi banyak bgt nih.hohoho, Oh ya, moga chapter ini
gak ngecewain para readers setia STB, soalny pas nulis chap in author lagi
galau.. hahahaha :D
thanks ya, untuk para
readers yang uda setia baca STB selama ini, gak kerasa uda hampir 5rb pembaca
nih. Jangan lupa LIKE & COMMENTNYA ya dears.
EmoticonEmoticon