****
Semalaman ini Lyra tidak bisa tidur, untungnya besok weekend,
jadi ia tidak harus bangun pagi..
Matanya terlihat bengkak, bulatan hitam melingkar sempurna di
sekeliling matanya, Ia hampir tak mengenali sosok yang ada di depannya saat ini.
Sudah lebih dari satu minggu ini kehidupannya jungkir balik.
Lyra merasa dirinya begitu egois tanpa memikirkan perasaan ferdi. Sejenak ia
berhenti, pikirannya melayang kembali pada hari saat ia berbicara dengan
prisil. “OH NO, bagaimana kalau di tengah
kesendiriaannya ferdi memutuskan untuk memilih prisil dan meningggalkan Aku ?” pikir Lyra tiada henti..
“Aku harus benar-benar segera bertindak. Aku tak ingin
kehilangan ferdi, tak seorangpun bisa memilikinya, termasuk prisil..” tekad
lyra dalam hati
“Tapi dimana aku bisa menemuinnya dan mengatakan yang
sebenarnya tentang perasaanku?”
****
Sudah seharian ini Lyra berpikir, Ia mengingat-ngingat
kembali tempat favorite ferdi menghabiskan waktu. Di tengah kebingungannya lyra
memutuskan untuk mengunjungi terlebuh dahulu apartemen ferdi, yah, ia harus
mencari petunjuk mulai dari sana. “Mengapa
tidak terpikirkan sebelumnya olehku?” pikir Lyra dalam hati.
Sore ini, Lyra sudah berada tepat di depan pintu apartemen
yang bernomor 1405. Ia sejenak mengingat password yang ferdi tekan waktu itu.
tapi ia tak berhasil mengingat apapun. Akhirnya lyra memutuskan untuk menekan
beberapa angka penting dalam hidup ferdi. Tanggal lahir, tanggal wisuda,
tanggal lahir dirinya. Tapi semuanya salah. Disaat ia hampir menyerah, ia coba
menekan tanggal pernikahan mereka, dan yaah, pintu itu otomatis terbuka..
Lyra melangkahkan kaki masuk ke dalam, tiba-tiba indra
penciumannya menangkap bau pengap bercampur asam yang luar biasa.
“hemm, Bau apa ini?”
tanya Lyra ambil berusaha menutup hidungnya dan mencari dimana stop kontak
berada.
Melihat Ruang tamu apartemen ferdi yang begitu berantakan.
Secepat kilat Lyra berlari ke beberapa ruangan. Ia terlalu takut untuk
memikirkan apapun.
Tiba di ruang tengah, Lyra kembali menyalakan lampu,
dilihatnya ke sekeliling ruangan. Matanya tertuju pada sesuatu yang dikerubungi
lalat dan semut, Aneka sisa makanan cepat saji yang telah basi bertumpuk diatas
meja. Kaleng minuman bersoda tergeletak di lantai, bungkus roti, bungkus mie
instan cup memenuhi seisi ruang tengah.
Mulut Lyra tercekat, ia terlalu kalut untuk memikirkan
apapun, memikirkan kemungkinan kemungkinan apa saja yang bisa terjadi pada penghuni apartemen ini. Mulutnya
tiba-tiba kelu, kakinya terasa dingin.. dengan segera ia berteriak “ferdi”. Itu
lebih terdengar seperti suara isakan tertahan..
Sadar dari keterkejutannya, Lyra mulai mencari sekeliling
ruang tengah, lalu ke kamar, dapur dan kamar mandi. Tak dijumpainya sosok yang
ia rindukan itu. sekarang ia menangis sejadi jadinya, ia tak tahu harus berbuat
apa. “maafkan aku ferdi, aku benar benar mencintaimu, aku terlalu egois untuk
tidak mengatakannya..” ucap Lyra sembari menangis sejadi jadinya..
Ia tertunduk lesu, pandangannya kosong, tiba-tiba matanya
menatap pada selimut putih yang terhampar dari balik sofa ruang tengah. Ia tak
menyadari apapun sampai pada saat selimut itu jatuh di balik sofa panjang itu..
Lyra segera mendekat, dilihatnya dari balik sofa putih itu
sosok yang ia cari selama ini.
“OH tuhan, terima kasih..”
Dengan segera Lyra mendekat dan duduk disamping sosok itu,
Ferdi terlihat tertidur pulas di lantai, sekeliling matanya begitu hitam,
rambut-rambut halus sudah memenuhi dagu sekitar pipinya, rambutnya terlihat
acak-acakan, dan ia bahkan masih memakai baju yang sama dengan terakhir kali
Lyra bertemu dengannya. “Oh tuhan, apa yang terjadi denganmu ferdi?” ucap Lyra
sembari menyisirkan jari-jarinya ke rambut hitam ferdi.
Ia tidak ingin membangunkannya saat ini, yang ia ingin, hanya
berada di samping lelaki yang sangat dirindukannya ini. Akhirnya Lyra
memutuskan untuk berbaring di samping ferdi. Dari jarak yang sedekat ini, lyra
bahkan bisa mendengar detak jantung seseorang yang sangat ia cintai itu..
Meraka akhirnya tertidur pulas, menghabiskan sisa malam ini.
****
Hari masih begitu gelap, tiba-tiba Lyra terbangun karena
suara gumaman, seseorang di sampingnya..
Ferdi menginggau
“aku bahkan bisa mersakanmu berada di sampingku saat ini
sweetheart..” ucap ferdi dengan mata yang masih tertutup rapat..
Lyra tersenyum untuk fakta bahwa dirinya memenuhi mimpi-mimpi
malam ferdi. Tiba-tiba Lyra terkejut, karena sosok yang ada di sampingnya kini,
merengkuh ia ke dalam pelukan yang lebih dalam, yang lebih hangat hingga
menghantarkannya untuk kembali pulas tidur dalam dekapan ferdi.
****
Matahari sudah menampakkan sinarnya, ferdi terbangun oleh
silau cahaya yang masuk melalui cela-cela jendela apartemennya. Ia terkejut
mendapati bahwa ada seseorang yang berada dalam dekapannya kini.
“Hai...Sudah lama bangun?” sapa Lyra melihat ferdi ternyata sudah bangun duluan
Ferdi segera membuang tatapannya pada Lyra, Ia jelas masih
sungkan untuk beramah tamah apalagi sekedar menjawab pertanyaan barusan.
Tanpa menjawab sapaan Lyra, ferdi bangun dari posisinya saat
ini dan bergumam “well, jelaskan padaku mengapa kau bisa sampai kesini?” tanya
ferdi dengan ekspresi yang amat sangat tak ramah
“what’s wrong..” jawab Lyra singkat seolah menegaskan secara
tersirat aku-kekasihmu-apa-kau-lupa
Lyra menelan ludahnya mengingat fakta bahwa ferdi mengabaikan
sapaanya barusan .
“tinggalkan aku sendirian, aku sedang tak ingin berbicara
dengan siapapun termasuk dirimu..”
Lyra berdiri dari posisinya saat ini dan berjalan mendekat ke
arah ferdi.. “kalau begitu jangan bicara beb..” ucap Lyra genit, ia merasa
masih bisa meluluhkan hati ferdi kembali
Ferdi berjalan menajauh sengaja menghindar dari Lyra, Lyra
hanya terdiam. Ia benar-benar bingung. Sejak kapan ferdi sudah bersikap
sedingin itu kepadanya. Jauh di dalam relung hatinya ia sangat ingin
menjelaskan kepada ferdi bagaimana hatinya saat ini. Tapi sepertinya ferdi tak
memberikannya kesempatan.
Lyra memandang ferdi dari kejauhan, saat ini ferdi
mengasingkan diri ke kamarnya, namun dari balik ruang tengah ini Lyra bisa
melihat bahwa pintu kamar itu sengaja tidak ditutup ferdi.
“dia tidak benar-benar menghindariku..” ucap lyra dalam hatinya
Dengan langkah yang masih ragu-ragu, lyra memasuki kamar
ferdi. Di sana ferdi hanya duduk di atas ranjang menghadap ke arah jendela
kamarnya..
“boleh aku masuk? Aku tahu kau sedang ingin sendiri, tapi aku
harus membicarakan sesuatu kepadamu..” ucap Lyra yang tanpa menunggu izin dari
ferdi segera duduk disampingnya.
Ferdi tak bergeming, sepertinya pemandangan di luar sana
lebih menarik hatinya. Tanpa menghiraukan hal itu Lyra mulai berbicara
“ehmm, well.. pertama aku ingin meminta maaf padamu atas
semua ego ku selama ini, aku hanya wanita yang bahkan tak mengerti isi hatinya
sendiri..”
Ferdi masih tak bergeming. Tak ada respon apapun.
“terlepas kau mau memaafkanku atau tidak, aku harus
membicarakan hal ini. aku ingin kita kembali. Selama seminggu ini aku menyadari
bahwa tak seorang pun yang kuinginkan melebihi dirimu. Yahh, bodohnya aku baru
menyadari hal itu setelah kau pergi. Kau duniaku ferdi, I always love you…”
Masih tak ada respon. Lyra mulai merasa dirinya tak
diinginkan oleh ferdi, bahkan keberadaannya saat ini..
“oke aku akan pergi. Aku lega telah mengucapkannya. selamat
tinggal dan semoga kau bahagia..” ucap Lyra sambil menahan sekuat tenaga air
matanya agar tidak jatuh.
Lyra melangkahkan kakinya keluar dari ruang itu tanpa menoleh
ke belakang sedikutpun. Ia tak tahu ternyata ferdi mengejarnya dan memeluknya
dari belakang.
“maafkan aku sweetheart, aku terlalu bahagia mendengar
ucapanmu barusan, hingga aku tak tahu harus berkata apa..”
Lyra terdiam untuk sesaat, ia merasakan tubuhnya di balikkan
oleh ferdi. Mata mereka saling bertemu, Saat itulah ferdi mengucapkan
“I Love you more than everything in the world, sweetheart..”
Lyra bahagia mendengar pengakuan cinta ferdi barusan, namun
ada kata yang lebih ditunggunya saat ini. kata-kata yang diinginkan oleh setiap
wanita.
“no respons..?” tanya ferdi dengan ekspresi wajah cemberut.
Lyra tersenyum pahit untuk fakta bahwa ferdi tak mengucapkan
kata-kata itu. Ia hanya tersenyum lalu menundukkan pandangannya seolah oleh
lantai lebih menarik hatinya saat ini..
Terdengar hembusaan nafas dari keduanya,
Ferdi menghela nafas lalu bergumam nyaris seperti sebuah
bisikan, “sebenarnya aku tak ingin mengatakannya dengan cara seperti ini, tapi
aku tahu, kata-kata inilah yang saat ini kau nantikan..”
Dengan lembut ferdi menyentuh dagu Lyra dan mengangkatnya
keatas, mata mereka bertemu, “kau tahu? aku ingin melihat matamu saat aku
mengatakannya..”
“WILL YOU MARRY ME Lyraisha Darmajaya..” ucap ferdi lembut..
“Akhirnya!!”Lyra berteriak dalam hatinya
Lyra tersenyum bahagia. Kata-kata inilah yang ia tunggu
selama
ini. kata-kata yang diinginkan oleh setiap wanita, kata kata yang membawanya nekat mencari ferdi,
kemanapun..
Satu detik, dua detik, tiga detik.. dan Lyra masih belum
menjawabnya
“bisakah kau mengucapkan ini dengan suasana yang lebih baik? mungkin
aku akan mempertimbangkanmu…” ucap Lyra sembari memandang kesekeliling ruangan
yang kacau bak kapal pecah
Ferdi tersenyum penih arti, ia tak berkata apapun. Ia tahu,
tak seharusnya Ia mengatakannya disini. Tidak di tempat ini. tidak dengan kondisi apartemen
yang sekacau ini. “Lyra pantas mendapatkan lamaran romantis melebihi saat
pertama kali aku melamarnya..” tekad ferdi dalam hati
Lyra memecahkan keheningan ini, ia seolah bisa membaca arti
dibalik senyum ferdi
“kau tahu? Kau tak harus melakukannya, aku bahagia hanya
mendengar kau mengatakan hal itu barusan. Tak perlu ada segala macam settingan hanya
ingin membuat suasana romantis bak film-film Hollywood, aku ingin mendengarnya
dari mu, itu saja dan saat ini kaupun sudah tahu jawabanku. Inilah alasan aku
mencarimu sampai kemanapun..”
“yes I Will, my men..” jawab Lyra dengan senyum merekahnya.
Ferdi sudah tak tahan
hanya untuk mendaratkan sebuah kecupan kecil di bibir mungil wanitanya, dan ia
berhasil mendaratkannya walau hanya sekilas
“no no, tidak sekarang..” tolak lyra dengan mata melotot
seolah olah menegaskan aku-akan membunuhmu-jika-kau-melakukannya-lagi.
Ferdi tersenyum atas tindakan defensive Lyra…
“oke cukup, kita tak bisa hanya berdiri disini seolah sedang
syuting film romantis. Kau tahu? Kita harus melihat seberapa besar kekacauan
yang telah kau ciptakan lalu membereskannya..” ucap Lyra. Saat ini insting ibu-rumah-tangganya
muncul seketika.
“wuahaaa, siap bos..” jawab ferdi sembari menggelitikkan
jarinya ke arah Lyra yang tentu saja membuat Lyra geli.
Di tengah tengah kesibukan mereka membereskan kekacauan yang
ferdi buat. Saat ferdi berada dalam kamarnya, ia sempatkan untuk menelpon
seseorang..
“terima kasih sudah menyadarkannya..” ucap ferdi nyaris
seperti sebuah bisikan
dan akhirnya ia hanya mendapatkan senyuman balasan dari
seseorang yang ia telpon itu.
****
Hampi END.. hiks-hiks
Please comment dan Votenya
dong. Author mau lihat reader setia ANT ini.. yah yah yah :)
Ada yang bakal kangen
gak ya dengan pasangan satu ini nanti?
EmoticonEmoticon